Kitab Al Hikam, Buku Tasawuf Tingkat Tinggi Karya Syekh Ibnu Atha’illah yang Tokoh Tarekat Syadziliyah
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 20 April 2024 09:35 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Al Hikam adalah kitab yang sangat masyhur di kalangan Muslim. Kandungan kitab ini sering dikutip oleh kalangan ulama, ustad, dai, dan lain-lain.
Buku ini berisi kata-kata mutiara bijak tentang bab akhlak, hati, dan hubungannya dengan Sang Pencipta yakni Allah. Tidak heran jika Al Hikam ini dikategorikan salah satu kitab tasawuf tingkat tinggi.
Pada umumnya, kalangan yang mengkaji dan mengaji Al Hikam adalah orang yang sudah dewasa, bahkan lebih banyak orang tua yang belajar kitab itu. Banyak juga pesantren maupun majelis taklim yang membuka pengajian kitab yang mempunyai bahasa yang mendalam itu.
Pengarang Kitab Al Hikam adalah Syekh Ibnu Atha’illah. Ia mempunyai nama lengkap Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Ibnu Atha’illah lahir di Kota Iskandariah, Mesir pada tahun 648 H/ 1250 M. Sedangkan wafatnya di Kota Kairo pada 1309 M.
Ibnu Atha’illah adalah tokoh Tarekat Syadziliyah yang berdiri di desa Ghumarah, Kota Sabtah, kawasan Maghrib (kini termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara). Syadziliyah merupakan salah satu tarekat sufi yang terkemuka di dunia khususnya di Indonesia.
Ibnu Atha’illah merupakan sosok ulama yang sangat produktif. Karya-karyanya meliputi bidang tafsir, tasawuf, hadits, aqidah, nahwu, dan ushul fiqh.
Baca Juga: Hendrajit: Pesan Terakhir Franz Kafka pada Sahabatnya Max Brod Tentang Pemusnahan Buku Karyanya
Beberapa judul kitabnya yakni Unwan At-Taufiq fi’dab Al-Thariq, Al-Tanwir fi Isqath Al-Tadbir, Miftah Al-Falah, dan Al-Qaul Al-Mujarrad fil Al-Ism Al-Mufrad. Sedangkan Al-Hikam disebut sebagai kitab magnum opusnya Ibnu Atha’illah.
Ada banyak kata mutiara (hikmah) yang ada dalam kitab Al-Hikam. Berikut ini adalah beberapa hikmah Al-Hikam beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia:
Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnya adalah kurangnya harapan terhadap rahmat Allah saat ia mengalami kegagalan (dosa).
Baca Juga: Buku Alam Semesta Sebelum Adam Alaihissalam, Karya Unik Ali Muhammad Ash-Shallabi
Keinginanmu untuk tajrid (menyepi atau meninggalkan keinginan duniawi, termasuk mencari rezeki) padahal Allah telah menetapkan engkau pada asbab (usaha, dimana allah telah membekali manusia dengan sarana penghidupan), adalah termasuk dalam bisikan syahwat yang samar. Sebaliknya, keinginanmu untuk melakukan asbab padahal Allah telah menempatkanmu pada kedudukan tajrid, adalah suatu kemerosotan dari himmah (tekad spiritual) yang luhur.
Istirahatkanlah dirimu dari melakukan tadbir (mengatur urusan duniawi) dengan susah payah. Karena, sesuatu yang telah diurus untukmu oleh selain dirimu (sudah diurus oleh Allah), tidak perlu engkau turut mengurusnya.
Kesungguhamnu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu (oleh Allah) dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dibebankan kepadamu, itu merupakan tanda butanya bashirah (mata batin).
Baca Juga: Ketika Sutradara Garin Nugroho Menulis Buku tentang Pemilu, Politik dan Pendidikan Warga Negara
Apabila Allah telah membukakan salah satu jalan makrifat (mengenal Allah) bagimu, maka jangan hiraukan mengapa itu terjadi, walaupun amalmu masih sangat sedikit. Allah membukakan pintu itu bagimu hanyalah karena Dia ingin memperkenalkan diri kepadamu.
Tidakkah dirimu mengerti, bahwa makrifat itu merupakan anugerah-Nya kepadamu, Sedang engkau mempersembahkan amal-amalmu kepada-Nya? Maka apalah arti apa yang engkau persembahkan kepada-Nya itu dengan apa yang dianugerahkan oleh Allah kepadamu. ***