DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Diskusi Satupena, Yudi Latif: Perlu Transformasi dari Charity ke Praktik Filantropi yang Lebih Akuntabel dan Profesional

image
Yudi Latif tentang filantropi (Foto: Antara)

Maka, kata Yudi, dalam pemikiran filantropi, charity itu masih dikategorikan keterbelakangan mental. Memang niatnya mulia, tapi pendekatannya masih terbelakang dan kurang maju dalam praktik tata kelolanya.

Yudi menegaskan, perlu lompatan transformasi, dari charity menuju bentuk giving yang lebih ilmiah, lebih profesional, lebih mengetahui sebab-sebab dari suatu persoalan kemiskinan, dan bagaimana kita bisa mengatasinya secara efektif berkesinambungan.

“Itu melahirkan apa yang disebut filantropi. Memang perbedaan antara filantropi dan charity tidak terlalu clear cut, tapi cuma soal tingkat atau derajatnya saja,” ujar Yudi.

Baca Juga: Diskusi Satupena Akan Hadirkan Wartawan Senior Satrio Arismunandar, Bahas Prospek Perdamaian Israel-Palestina

“Makin ilmiah, makin efektif cara intervensinya, dan profesional, itu disebut sebagai filantopi. Makin spontan, informal dan kurang akuntabel, itu disebut charity. Di Indonesia ini, yang banyak berkembang itu charity,” jelas Yudi. ***

 

Halaman:

Berita Terkait