Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Tradisi Filantropi yang Kuat di Indonesia Berkaitan Erat dengan Filosofi Memberi
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 21 Maret 2024 18:00 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Tradisi filantropi yang kuat di Indonesia berkaitan erat dengan filosofi memberi atau philosophy of giving. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar menanggapi diskusi di Jakarta, tentang tradisi filantropi, 21 Maret 2024, yang diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan nara sumber pengamat kebangsaan Yudi Latif dan dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Swary Utami Dewi.
Baca Juga: Ketua Umum Satupena Denny JA: Anak-anak di Mana pun Berada Berhak Membaca Buku
Menurut Satrio, filantropi adalah praktik meningkatkan kesejahteraan orang lain, biasanya melalui sumbangan uang, sumber daya, atau waktu untuk tujuan amal.
“Hal ini merupakan aspek fundamental dari masyarakat sipil dan memainkan peran penting dalam mengatasi permasalahan sosial, mendukung komunitas, dan mendorong perubahan positif,” ujarnya.
Menurut Satrio, filantropi berkaitan dengan tindakan memberi. Sedangkan filosofi memberi (philosophy of giving) mencakup berbagai sudut pandang dan keyakinan tentang tindakan memberi, baik dalam bentuk sumber daya materi, waktu, pengetahuan, maupun dukungan.
Baca Juga: Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang Dipimpin Denny JA Bangun Ruang Baca untuk Anak
Kata Satrio, tindakan memberi ini adalah aspek mendasar dari perilaku manusia yang mencakup budaya, agama, dan masyarakat.
“Filosofi memberi sering dikaitkan dengan kemurahan hati, yang melibatkan kesediaan untuk berbagi sumber daya atau kemampuan dengan orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Kemurahan hati berasal dari rasa berkelimpahan, bukan kelangkaan,” tutur Satrio.
Satrio mengungkapkan, banyak filosofi memberi yang menekankan pentingnya empati dan kasih sayang terhadap orang lain.
“Memahami kebutuhan dan perjuangan orang lain dapat menginspirasi keinginan untuk membantu dan berkontribusi terhadap kesejahteraan mereka,” lanjutnya.
Ditambahkan Satrio, beberapa filosofi memberi menekankan gagasan tanggung jawab sosial, yang menyatakan bahwa mereka yang memiliki sarana atau kelebihan untuk membantu orang lain, ia mempunyai tugas atau kewajiban untuk melakukannya.
“Hal ini mungkin berdampak pada tindalan yang melibatkan penanganan ketidakadilan sosial, kesenjangan, atau mendukung inisiatif pengembangan masyarakat,” sambungnya.
Baca Juga: Bank Indonesia Dukung Seminar Internasional IMLF-2 yang Diadakan Satupena Sumatra Barat
Selain itu, kata Satrio, bagi banyak orang, tindakan memberi sangat terkait dengan keyakinan spiritual atau agama.
“Konsep-konsep seperti amal dan zakat adalah prinsip utama dari berbagai tradisi agama, yang mendorong umat untuk memberi kembali kepada komunitas mereka dan mendukung mereka yang membutuhkan,” tegasnya.
“Terakhir, memberi sering dikaitkan dengan perasaan puas dan bahagia. Banyak orang menyadari bahwa berkontribusi terhadap kesejahteraan orang lain membawa tujuan dan makna dalam hidup mereka,” ungkap Satrio. ***