DECEMBER 9, 2022
Internasional

Perwira Tinggi Polisi Palestina Dibunuh Israel di Gaza Utara

image
Arsip foto - Seorang anak laki-laki berlutut di dekat kuburan korban konflik Hamas-Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, pada Selasa 30 Januari 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

ORBITINDONESIA.COM - Kantor media pemerintah Palestina melaporkan, seorang perwira tinggi polisi dibunuh oleh tentara Israel di Jalur Gaza bagian utara pada Senin 18 Maret 2024 waktu setempat.

Dalam pernyataannya, media tersebut mengatakan Brigadir Jenderal Polisi Fayeq al Mabhouh, yang adalah kepala operasi polisi di Gaza, tewas dalam serangan Israel di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza.

Menurut pernyataan itu, Al Mabhouh bertanggung jawab mengoordinasikan masuknya bantuan kemanusiaan dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina (UNRWA) ke Jalur Gaza utara.

Baca Juga: Mengerikan, Bencana Kelaparan Warga Palestina Jadi Senjata Senyap Israel di Jalur Gaza

“Kejahatan ini menunjukkan bahwa Israel berusaha menyebarkan kekacauan di Gaza, dan mencegah datangnya bantuan kemanusiaan kepada ratusan ribu orang yang kelaparan,” demikian pernyataan tersebut.

Tentara Israel mengklaim membunuh Kepala Dinas Keamanan Internal Hamas.

Militer Israel mengatakan, mereka menerima informasi intelijen dari dinas keamanan internalnya, Shin Bet, tentang kehadiran beberapa pemimpin Hamas di Rumah Sakit Al Shifa.

Pada Senin pagi, tentara Israel mengumumkan bahwa pasukannya menyerbu rumah sakit, yang menampung ribuan pasien yang sakit dan terluka, serta orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.

Menurut lembaga penyiaran publik Israel KAN, sekitar 80 warga Palestina ditahan di fasilitas tersebut.

Lebih dari 31.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di wilayah kantong tersebut, dan hampir 73.800 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait