Dokter Ngabila Salama: Kurangi Melihat Layar agar Peroleh Kualitas Tidur yang Maksimal, Khususnya Selama Puasa
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 16 Maret 2024 16:02 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Praktisi kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama mengingatkan perlunya mengurangi waktu melihat layar untuk memperbaiki kualitas tidur selama menjalankan puasa.
Selama menunaikan ibadah puasa waktu tidur malam umumnya berkurang, karena harus bangun lebih awal untuk sahur, sehingga penting untuk mengupayakan tubuhagar bisa beristirahat dengan baik.
Ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu, Ngabila menyampaikan bahwa mengurangi memakai perangkat elektronik menjelang tidur, dan mematikan lampu bisa membantu memperbaiki kualitas tidur.
Baca Juga: Gangguan Tidur, Salah Satu Gejala Penyakit Parkinson
"Kurangi screen time dan jauhkan telepon seluler di malam hari ya, termasuk juga cahaya dari televisi, laptop, dan lain-lain," katanya.
Aktivitas seperti bekerja menggunakan komputer, mengerjakan pekerjaan rumah, sampai menghitung tagihan, menurut Ngabila, sebaiknya tidak dilakukan menjelang waktu tidur malam karena bisa membuat tidur terganggu.
"Karena puasa sudah membuat kita kurang tidur, hindari begadang di akhir pekan agar jadwal tidur kita tetap terjaga," katanya.
Ngabila menyampaikan bahwa manusia umumnya butuh tidur selama tujuh hingga sembilan jam sehari.
Menurut dia, tidur nyenyak dapat meningkatkan produksi sel darah putih dan sel T yang berperan penting untuk sistem kekebalan tubuh serta membantu menurunkan stres.
"Jadi, usahakan maksimal pada pukul 21.00 atau 22.00 kita sudah tidur agar bisa terpenuhi kebutuhan tidurnya minimal tujuh jam dalam sehari," kata Ngabila.
Apabila tidak bisa mulai tidur pada pukul 21.00 atau 22.00, ia melanjutkan, usahakan bisa tidur selama enam jam dalam sehari dengan menambah waktu tidur pada siang hari.
Ngabila menyampaikan bahwa kurang tidur dapat menimbulkan gangguan seperti susah berkonsentrasi, mudah lupa, dan merasa mengantuk sepanjang hari.
"Kalau untuk jangka panjangnya, kurang tidur bisa memicu penyakit kronis misalnya seperti diabetes, gangguan jantung, tekanan darah tinggi, dan obesitas.” ***