Alex Runggeary: Kegelisahan I.S. Kijne dan Nurani
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 26 Januari 2024 06:30 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Tak banyak orang tahu kalau di Papua, orang orang pada masanya tak pernah sedikitpun menganggap kalau Belanda adalah penjajah.
Mereka baru tahu ketika belajar sejarah Indonesia. Tidak ada poin untuk adu argumen dalam konteks ini karena latar belakang sejarah yang jauh berbeda, bahkan bertolak belakang.
Belanda membuat rakyat Indonesia menderita. Di tempat lain di sisi Timurnya, rakyat Papua sama sekali diperlakukan berbeda. Faktor pembeda adalah karena kehadiran Gereja yang kuat di negeri yang pada masa itu tak sedikitpun menjanjikan giur ekonomi.
Baca Juga: Alex Runggeary: Budaya dan Perkembangan Zaman, Belajar dari Malioboro
Tanah tandus tak sesubur tanah Jawa dengan rempah melimpah. Belanda menjajakan rempah sampai ke negeri negeri Eropa. Rakyat indonesia ditindas kerja-paksa oleh para bupati pribumi yang residennya orang Belanda [1] Memberi fakta dan rasa Belanda penjajah
Sebaliknya di Papua orang tak mengejar uang dan harta, tapi berdoa dan bekerja dengan tulus dalam bimbingan Gereja. Unsur Pemerintah Belanda baru masuk jauh dikemudian hari setelah kehadiran gereja.
Gereja memberi dampak luas dalam kehidupan masyarakat. Dari pendidikan termasuk pendidikan ketrampilan tangan, kesehatan [2] cara hidup sehat lewat percontohan pendidikan anak-anak yang diasramakan, [3] Mengajak ke Gereja dan berbuat baik dari hati yang tulus.
Baca Juga: Alex Runggeary: Kopi Paling Enak se Dunia
Pada masa seputaran pertengahan jelang akhir tahun 1950an, pendeta Izak Semuel Kijne ditugaskan mengajar pada Sekolah Pendeta di Serui.
Ia mengamati perkembangan terbaru yang terjadi ditengah masyarakat. Beberapa orang tertarik berbicara dalam kelompok kelompok kecil tentang Indonesia.
Ini terjadi sebagai hasil pengaruh dr. Sam Ratulangie yang walaupun dibuang Belanda ke Serui [4] ia tetap mengajar bidang kesehatan di sekolah perawat dan bekerja di rumah sakit Serui.
Baca Juga: Alex Runggeary: Soempah Pemoeda, Moeda dan Majoe
Perkembangan masyarakat seperti ini tak terhindarkan sebagai hasil interaksi dalam masyarakat. Jauh sebelum ini beberapa perawat termasuk Silas Papare dikirim ke Jawa untuk sekolah. Semakin memberi ruang pengetahuan yang terbuka tentang Indonesia.