Slamet Hendro Kusumo: Owah Gingsir, Mendem Politik
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 17 Januari 2024 17:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Zaman edan! Fenomena politik di satu sisi dipuja karena menggiurkan, bahwa kuasa itu dipandang sebagai hal paling puncak dalam capaian peradaban manusia.
Politik dimaknai tidak saja persoalan tentang hal-hal yang ideal, bahwa politik adalah satu cara yang sistematik untuk menata, mengatur bagi kehidupan berbangsa dan bernegera secara koneksitas.
Akan tetapi politik juga bisa dimaknai tidak saja persoalan perebutan, kompetisi kekuasaan, tapi juga hasrat kuasa tak bertepi. Hal tersebut kadang mengubah manusia bijak menjadi liar dan jahat.
Di pihak lain, politik sangat meneror kehidupan, menghancurkan kehidupan, juga hilangnya sifat-sifat luhur kemanusiaan.
Louis Leahy: refleksi-refleksi aliran intelektual, ketika melihat strukturisme yang bersifat ideologi akan dapat mengakibatkan apa yang disebut "kematian manusia".
Hal senada juga disampaikan oleh C. Levi-Strauss: bahwa tujuan ilmu-ilmu manusia bukanlah membentuk manusia, melainkan menghancurkannya.
Hubungan sosial politik sering tercederai karena beda pemahaman, pilihan dan sugesti berlebihan. Sehingga logika dipermainkan, rasa cinta dimanipulasi menjadi kebencian.
Lebih parahnya mendem politik (mabuk politik), telah menjadi gaya hidup masyarakat hedonis.
Baik kaum elit atau masyarakat telah terpenjara oleh nafsu, ambisi, kebrutalan, dapat menghancurkan siapa saja, baik lawan maupun kawan. Di sinilah geopolitik, ekokultural, diperlakukan oleh kaum kuasa dengan banalnya.
Tidak ada musyawarah mufakat, tidak ada empati, keadilan serta kesejahteraan yang diperjuangkan. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles, bahwa sesungguhnya manusia adalah binatang politik, kejam dan ganas, kehidupannya selalu merasa terancam.