Israel Serang Ambulan di Perbatasan Rafah sebabkan 15 Orang Meninggal dan 60 Orang Terluka
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 04 November 2023 14:15 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Perang antara Pasukan Militer Israel dan militan bersenjata Hamas masih terus berlanjut di Jalur Gaza, Palestina hingga hari ini.
Terbaru, Pasukan Militer Israel melakukan serangan kepada rombongan konvoi ambulan di perbatasan Rafah, kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza.
Konvoi ambulan tersebut sedang membawa pasien kritis dari Rumah Sakit Shifa menuju ke perbatasan Rafah. Total ada sebanyak 15 orang meninggal dunia dan 60 orang terluka akibat serangan ini.
Baca Juga: Bahas Perang di Gaza, Menlu Negara Arab dan Amerika Serikat Bertemu
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sudah memberikan laporan terkait penyerangan ini kepada Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Palestina.
"Kami memberi tahu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, kami memberitahu seluruh dunia, bahwa para korban berada dalam antrian di ambulan tersebut. Ini adalah konvoi medis," kata Ashraf dikutip Orbitindonesia.com dari Al Jazeera 4 November 2023.
Dalam sebuah pernyataan resminya, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa salah satu ambulan milik mereka menjadi korban dalam serangan Israel tersebut.
Baca Juga: Butuh Rp 18 Triliun untuk Penuhi Segala Kebutuhan Warga Gaza
Mereka juga mengatakan bahwa supir ambulan, Ahmad al-Madhoon, mengalami memar di bagian dadanya, dan petugas medis mereka, Shadi al-Thaif, mengalami luka ringan di kaki karena pecahan peluru.
Menurut laporan dari seorang fotografer Palestina, Abdul Hakim Abu Reyash, pada saat serangan udara terjadi, ada banyak sekali pedagang di sekitar Rumah Sakit Shifa.
Selain itu ada sekitar 60.000 sampai 80.000 pengungsi disana, sehingga banyak sekali warga sipil yang menjadi korban dan mayoritas mereka adalah perempuan.
Baca Juga: Israel Langgar HAM dengan Lakukan Serangkaian Penyiksaan dan Pelecehan Kepada Tahanan Palestina
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa dirinya sangat terkejut atas insiden penyerangan terhadap konvoi ambulan evakuasi tersebut.
"Kami tegaskan kembali, pasien, petugas kesehatan, fasilitas dan ambulan harus selalu dilindungi," kata Ghebreyesus dikutip Orbitindonesia.com dari akun Twitter resminya 4 November 2023.
Militer Israel membenarkan bahwa pesawat tempur yang menembak ambulan adalah pesawat mereka. Akan tetapi, mereka mengaku tidak tahu jika ambulan tersebut dipakai untuk membawa warga sipil.
Pasukan Militer Israel mengatakan bahwa mereka sedang baku tembak dengan pasukan Hamas di dekat tempat kejadian perkara, dan banyak sekali tentara Hamas yang tewas.
Mereka awalnya mengira bahwa konvoi ambulan tersebut digunakan oleh tentara Hamas untuk membawa jenazah pejuang yang gugur, bukan membawa warga sipil.
WHO mengatakan bahwa Rumah Sakit Shifa mengalami kepadatan parah dengan lonjakan pasien sebesar 160 persen di tengah keterbatasan akibat blokade Israel di wilayah Gaza.
Baca Juga: Korea Selatan Pertimbangkan Rencana B Karena Indonesia Terlambat Membayar Proyek Pesawat KF-21
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa lonjakan tersebut terjadi karena 16 rumah sakit lain di wilayah tersebut sudah tidak aktif akibat pemboman dan kekurangan bahan bakar.
Pada hari Rabu, WHO memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar beresiko membahayakan nyawa pasien dan orang-orang yang terluka.
Otoritas Palestina mengatakan bahwa sejak tanggal 7 Oktober 2023, korban tewas di Gaza sudah mencapai 9.200 orang dan 23.500 orang lainnya terluka karena serangan Israel.
Baca Juga: Connie Rahakundini Bakrie Sudah Berbaju Merah, Muncul Bersama Hasto Kristiyanto PDI Perjuangan
Mayoritas dari korban tewas merupakan warga sipil, anak-anak, dan perempuan. Dan sampai saat ini, pihak Israel belum menunjukan tanda bahwa mereka menghentikan serangan mereka.
Israel telah terbukti melakukan kejahatan perang dan pelanggaran Hak Asasi Manusia secara berulang kali dalam setiap aksi penyerangannya ke wilayah Gaza.
Serangan terhadap rumah sakit, tempat ibadah, kamp pengungsian, serangan terhadap petugas medis, dan wartawan merupakan sebuah blunder yang harus segera dipertanggung jawabkan.
Baca Juga: Boikot McD Indonesia, Cara Bodoh untuk Dukung Palestina?
Israel selalu berdalih bahwa blunder tersebut bukanlah kesalahan mereka karena mereka berhak balas dendam terhadap kematian 1.400 orang warga sipil di negaranya.
Menjadikan wilayah Gaza menjadi sebuah penjara hidup terbesar dan medan tempur dengan suara senapan serta bom sebagai musik kematian yang mistik bagi warga sipil Palestina.
Semoga perang ini segera selesai, dan perdamaian di atas dunia tercipta agar tidak ada lagi warga sipil tidak berdosa yang menjadi korban atas kejahatan perang.***