DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Diskusi Satupena, Komaruddin Hidayat: Sains Itu Bukan Ancaman, Tetapi Justru Produk Dari Peradaban Islam

image
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Dr Komaruddin Hidayat tentang sains dan Islam.

ORBITINDONESIA.COM – Dalam sejarah Islam, sains bukan dianggap sebagai ancaman. Tetapi sains itu justru produk dari peradaban Islam. Hal itu dinyatakan oleh Prof Dr Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam International Indonesia (UIII).

Komaruddin Hidayat adalah pembicara dalam diskusi buku Imajinasi Islam, yang berisi tulisannya dan tulisan beberapa cendekiawan lain. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 26 Oktober 2023. 

Diskusi yang menghadirkan Komaruddin Hidayat itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi webinar itu dipandu oleh Elza Peldi Taher.

Baca Juga: Ketua DKPP Sebut Gaji Penyelenggara Pemilu Kecil: Tapi Nasib Bangsa Negara di Tangan Kalian

Komaruddin menjelaskan, bahkan Islam mendorong lahirnya ilmu pengetahuan, dan itu telah terbukti di abad pertengahan. Kemudian ilmu pengetahuan itu berkembang di Barat.

Komaruddin memaparkan bagaimana terjadinya kemerosotan peradaban Islam. Umat Islam sibuk dengan kekuasaan, karena warisannya sudah begitu kaya. “Biasanya kalau warisannya kaya, orang rebutan warisan dan kekuasaan,” ujarnya.

“Islamisasi itu sekaligus juga militerisasi, juga ekspansi ekonomi, dan kemudian muncul berbagai kesultanan-kesultanan. Orang Islam sibuk dengan kekuasaannya,” lanjut mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini.

“Dulu Islam itu berkembang dan mendorong munculnya kelas-kelas menengah, borjuasi. Tetapi belakangan Islam itu dikooptasi oleh penguasa. Nah, ketika itulah terjadi kemandekan,” tegasnya.

Baca Juga: Mengenal Brigade Qassam, Sayap Hamas yang Akan dihadapi oleh Tentara Israel

Entrepreneurship dan budaya-budaya peradaban itu mundur. Lalu benih-benih peradaban Islam, yang pernah tumbuh etosnya, itu lalu berkembang di Eropa,” lanjut Komaruddin.

Oleh karena itu dunia Islam itu mendua. Di satu sisi, ia merasa dijajah Barat. Di sisi lain, ia merasa kemajuan Barat itu ‘kan kelanjutan, yang meng-grooming dari benih keislaman yang dulu ada. Sehingga ada suatu konflik.

“Tapi kalau ada konflik itu karena ekonomi saja. Dari segi ilmuwan, tidak pernah ada konflik antara menjadi ilmuwan dan menjadi muslim. Islam tidak pernah mempertentangkan antara semangat beragama dan semangat sains,” tutur Komaruddin.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Fragmentasi Politik dan Kurangnya Inovasi Ilmiah Sebabkan Merosotnya Peradaban Islam

Tetapi sehebat-hebatnya sains, ia tetap sangat kecil jangkauannya karena alam semesta ini begitu luas dan begitu banyak yang belum diketahui. “Sains hanya menjangkau sebagian kecil dari semesta,” kata penulis produktif ini.

“Maka seorang ilmuwan dalam Islam tidak pernah melahirkan kesombongaan. Karena ia tahu, jangkauan sains itu masih terbatas sekali,” kata Komaruddin.***

Berita Terkait