Alex Runggeary: Budaya dan Perkembangan Zaman, Belajar dari Malioboro
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 23 Oktober 2023 13:44 WIB
Malam ini, malam minggu di jalan Malioboro aku duduk di bangku berjajar kanan dengan antrean andong berkuda dan becak, menanti penumpang. Seperti berjudi dengan nasib, "Kiranya ada pejalan kaki yang mau menyewa andongku", doa kusir terdengar dirimbun pohon Asem.
Berjajar kiri, toko berbaris, Bata, Batik. Kripik, krupuk, baru diantar ibu. Jual di malam Minggu, bersama Gelato. Ratusan orang hilir mudik menikmati malam minggu. Entah membeli, entah tidak, lagi lagi berjudi dengan nasib. Dan itulah kenyataan hidup
Gambaran Malioboro memberikan pelajaran menarik. Budaya itu akan selalu hidup dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman selama masyarakat penganutnya mempraktikkan dalam keseharian perilaku kehidupannya.
Baca Juga: Nikmati Keindahan Wisata Pengunungan dan Kopi Robusta Sanggabuana, Wujud Pemberdayaan Desa BRILiaN
Yogyakarta telah dengan sadar menyandingkan modernisme dengan budaya lama yang terus hidup dalam masyarakatnya. Dan berkembang. Fungsi pemerintah hanya perlu mengatur agar masyarakatnya kebagian secara relatif adil dalam perikehidupan mereka.
Masyarakatnya tidak dimanja dengan segala rupa kebijakan yang meninabobokan seperti di tempat lain seperti Papua. Rakyat di sana dilemahkan secara sistematis.
Seperti kodok dalam tempayan berendam air yang dipanaskan secara perlahan menuju suhu didih. Si kodok tak menyadari ia akan mati pada akhirnya terendam air panas itu. Bunuh diri.
Tidak bagi masyarakat Yogyakarta yang bangkit berjuang sendiri dalam lingkungan hidup yang memadai, aman dan mandiri. Di sini tak pernah sekalipun nampak polisi berseragam di Malioboro khususnya pada malam minggu.
Baca Juga: Begini Nasib Sejumlah Proyek Pembangunan di Surakarta Usai Gibran Rakabuming Jadi Bacawapres
Batik, Bakpia dan Becak - 3B - adalah sinergitas yang ampuh. Kemanapun Anda melangkah akan terus terdengar tawaran layanan 3B ini. Bersaing adalah kata kunci sukses.