Solidaritas yang Indah: Keluarga Abu Assi Memberi Makan Ribuan Pengungsi di Gaza Selatan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 23 Oktober 2023 18:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Seseorang bernama Jamil Abu Assi terlihat membuka sebuah dapur umum di depan rumahnya di kota Bani Suhaila, Gaza Selatan, Palestina.
Di dapur umum tersebut terlihat Jamil Abu Assi bersama seorang sepupunya sedang memasak makanan rumahan untuk seluruh pengungsi Palestina yang sedang bertahan dari perang Israel dan Hamas.
Sebelumnya, pada tahun 2014 Jamil Abu Assi pernah membuka dapur umum serupa untuk seluruh pengungsi Palestina di Gaza, namun dapurnya dibom oleh serangan udara Israel.
Baca Juga: Israel Bersumpah akan Menyerang Iran dan Memenggal Head of Snake jika Hizbullah Bergabung Hamas
Sejak insiden tersebut, Abu Assi mengubah sikapnya. Keluarganya tetap memasak, tetapi kini secara khusus tujuannya untuk membantu para pengungsi di Gaza.
Menurut laporan PBB, total jumlah penduduk Gaza saat ini adalah 2,3 juta jiwa dan sebanyak 1,1 juta orang sudah mengungsi sejak Israel mulai menyerang wilayah Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023.
Sejak Pasukan Militer Israel menyerukan seluruh warga sipil di wilayah utara untuk segera meninggalkan rumah mereka, banyak warga yang pindah ke wilayah selatan Gaza.
Baca Juga: Israel Diduga Berencana Pindahkan Penduduk Palestina ke Mesir Ketika Negara Barat Mendukung Mereka
Migrasi penduduk wilayah utara ke selatan itu telah membuat jumlah populasi di sana bertambah menjadi setengah juta dari jumlah awalnya yaitu 22.000 orang pada tahun 2021.
Keluarga Abu Assi lah yang setiap hari memberikan makanan gratis kepada seluruh pengungsi dari wilayah utara yang sudah sampai ke wilayah Khan Younis.
Abu Assi mengatakan bahwa keluarganya setiap pagi harus mencari kayu bakar untuk memasak karena mereka tidak memiliki gas akibat blokade yang dilakukan oleh Israel.
Baca Juga: Wow, Ternyata Ini 5 Negara Penyumbang Terbesar untuk Palestina, Indonesia Nomor Berapa?
"Saya memulai pagi saya dengan mencari kayu karena kami tidak memiliki gas untuk memasak," kata Abu Assi dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 23 Oktober 2023.
Abu Assi juga mengungkapkan bahwa mencari kayu bakar sangat beresiko terhadap dirinya karena letak geografis Khan Younis yang berbatasan langsung dengan Israel.
Dia juga bercerita bahwa tentara Hamas, yang saat ini menguasai jalur Gaza, sudah menggagalkan upaya serangan Israel ke Khan Younis dan menewaskan satu orang tentara Israel.
Baca Juga: Valletta Terancam Kehilangan Status Situs Warisan Dunia UNESCO, Pemerintah Dinilai Abai
"Saya tidak ingin menempatkan diri saya dalam bahaya," kata Abu Assi terhadap kemungkinan serangan Israel ketika dirinya sedang mencari kayu bakar untuk memasak.
Abu Assi dan para sepupunya membagi tugas dalam memasak, dia bertugas memotong bawang, orang kedua bertugas memasukan bumbu ke dalam kuali, dan orang ketiga bertugas membungkus dan memberikan makanan.
Sebagian besar makanannya berupa nasi, lentil, dan freekeh, sebuah sereal yang terbuat dari panggangan biji-bijian hijau bernutrisi tinggi.
Baca Juga: Sikap Kompak NU dan Muhammadiyah Terkait Konflik Palestina-Israel
Sebelumnya mereka menambahkan daging dalam makanannya, tetapi sekarang mereka sulit untuk mendapatkan daging karena Israel mengebom banyak toko daging di wilayah tersebut.
Banyak warga Palestina yang mengungsi ke Gaza Selatan dan berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA).
UNRWA saat ini menjadi badan pelindung bagi pengungsi Palestina dibawah naungan PBB, dan mereka percaya bahwa sekolah merupakan tempat yang aman bagi para pengungsi.
Baca Juga: Joe Biden Mengatakan Bukan Israel yang Bertanggung Jawab Atas Ledakan Rumah Sakit di Gaza
Beberapa orang hidup bersama keluarga angkat dan komunitas, beberapa orang lagi lebih memprihatinkan karena mereka hanya punya baju yang mereka kenakan saat ini.
"Sekolah bukanlah tempat perlindungan. Itu adalah kuburan bagi orang-orang yang hidup tanpa kebutuhan dasar," kata UNRWA dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 23 Oktober 2023.
UNRWA juga mengatakan, "Kami sedang berusaha untuk melakukan bagian kami, betapapun kecilnya, dalam meringankan krisis ini bagi masyarakat."
Baca Juga: Update Konflik Israel Palestina: Rishi Sunak Lakukan Pembicaraan dengan Arab Saudi Setelah Kunjungi Yerusalem
Israel terus menerus melancarkan serangan bom udara ke wilayah Gaza sejak tanggal 7 Oktober 2023 dan meratakan seluruh bangunan yang ada di sana.
Dalam kurun waktu 16 hari terakhir, korban tewas akibat serangan ini berjumlah lebih dari 4.600 orang, termasuk 1.873 diantaranya adalah anak-anak dan 1.023 adalah wanita.
Namun, bagi Abu Assi dan seluruh warga Palestina, Israel, dan Tepi Barat, agresi militer terbaru ini hanyalah sebuah pengingat akan sejarah pribadi.
Baca Juga: Asian Para Games 2022: Saptoyogo Purnomo Raih Medali Emas Pertama Bagi Indonesia
Keluarga Abu Assi merupakan pengungsi generasi ketiga yang datang dari Jaffa, tempat kakek dan neneknya mengungsi pada tahun 1948 selama perang Nakba.
Saat itu, lebih dari 750.000 warga Palestina diusir secara paksa dari rumah mereka, sekitar 500 kota dan desa dihancurkan, dan ribuan orang terbunuh.
Kejahatan perang itu bertujuan untuk membersihkan etnis Palestina oleh kelompok militer Yahudi dan melahirkan negara Israel di wilayah tersebut.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kota Besar di Indonesia Hari ini Menurut BMKG
"Kakek kami memberi tahu kami bahwa menjadi pengungsi sangatlah sulit, dan kepahitan ini tidak akan pernah terlupakan dan diwariskan ke setiap generasi," kata Abu Assi.
"Rasa sakit di hati kami tidak akan pernah membuat kami memaafkan Israel atas apa yang pernah dan terus mereka lakukan terhadap kami," katanya.
Abu Assi juga mengatakan bahwa setiap anak-anak yang terkena dampak perang kali ini tidak akan pernah lupa bagaimana cara untuk bertahan hidup tanpa air, makanan, dan listrik.
Baca Juga: David Beckham Dituduh Sering Berselingkuh dan Playing Victim oleh Rebecca Loos
Perang kali ini telah menyatukan orang-orang Palestina, beberapa orang mendekati rumah keluarga Abu Assi untuk melihat apakah mereka bisa menyumbangkan makanan kepada pengungsi lewat dapur umumnya.
"Ada solidaritas yang indah di kota Khan Younis," kata Abu Assi dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 23 Oktober 2023.
"Kami tidak bisa menerima orang-orang kelaparan yang tidak bisa mendapatkan makanan, jadi sudah ada kerja sama organik untuk memastikan inisiatif ini terus berjalan," katanya.
Baca Juga: China Mendesak Israel dan Hamas Untuk Gencatan Senjata akan Melakukan Apapun Untuk Menghentikan Perang
Jumlah pengungsi yang terus meningkat di Khan Younis membuat Abu Assi harus menambah jumlah kompor dan membagi tugas menjadi dua kelompok.
Dirinya mengatakan bahwa persiapan memasak dilakukan mulai pukul 7 pagi, dan mereka akan melakukan proses memasak hingga pukul 2 siang waktu setempat.
"Kami tidak bisa meninggalkan tempat kerja kami, maka kami menyuruh para pengungsi yang membutuhkan makanan untuk datang dari jam dua siang sampai jam 5 sore," kata Abu Assi.
"Beberapa warga secara sukarela membagikan makanan di mobil mereka kepada para pengungsi, yang merupakan tindakan yang baik," katanya.
"Karena banyak dari mereka yang mengungsi tidak memiliki sarana transportasi dan tidak mengenal daerah tersebut dengan baik," ujarnya.
Beberapa keluarga pengungsi merasa sangat bersyukur meskipun hanya makan nasi tanpa lauk, seringkali itu satu-satunya makanan mereka dalam satu hari.
Baca Juga: MK Tolak Gugatan Batas Maksimal Usia Capres dan Cawapres 70 Tahun, Ini Alasannya
Karama Musallam, seorang ibu lima anak berusia 40 tahun, mengaku sedang mencari makanan ketika dirinya bertemu dengan keluarga Abu Assi.
Keluarga Musallam, termasuk mertuanya yang berusia 80 tahun, pergi meninggalkan rumah mereka di kota Beit Hanoun di Gaza Utara sejak awal perang.
Musallam mengaku tidak mempunyai kerabat atau mengenal seorang pun di Khan Younis, dia dan keluarganya tinggal di sebuah sekolah UNRWA di Bani Suhaila.
Baca Juga: MK Tolak Gugatan Batas Maksimal Usia Capres dan Cawapres 70 Tahun, Ini Alasannya
"Ketika saya keluar untuk mencari makanan, saya bertemu dengan dua pemuda ini sedang memasak," kata Musallam dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 23 Oktober 2023.
"Mereka membeli saya dua kali makan agar cukup untuk anak-anak saya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa saya bisa datang setiap hari untuk mengambil makanan apapun yang tersedia," katanya.
Musallam juga menambahkan, "Itulah sebabnya saya merasa aman di tengah masyarakat. Kita semua adalah satu komunitas."
Baca Juga: Tidak Hanya Luffy, Kini Kurohige Buggy Jadi Yonkou Bersanding dengan Shanks di Anime One Piece
Kebaikan Abu Assi dan keluarganya terhadap pengungsi Palestina yang berlindung dari perang Israel dan Hamas di Gaza perlu diapresiasi. Mereka memanusiakan manusia di tengah kejahatan perang.***