Ekspresi Data Denny JA: Orang Yang Membaca Minimal Satu Buku di Indonesia Hanya 22,5 Persen pada Tahun Lalu
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 09 September 2023 08:28 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Buku adalah jendela dunia. Tapi mengapa pembaca buku di Indonesia sangatlah rendah dan rendah sekali?
Kita mulai dengan data. Ini survei LSI Denny JA bulan Agustus 2023.
Ternyata orang yang sempat membaca buku setahun terakhir, minimal satu buku saja, hanyalah 22,5 persen di antara populasi Indonesia.
Baca Juga: Ahsan Jamet Hamidi: Terima kasih Bung Denny JA Terkait Survei tentang Muhammadiyah
Sebanyak 72,3 persen menyatakan; “Setahun yang lalu, saya tak sempat membaca buku bahkan satu judul buku sekalipun.”
Ini persentase membaca buku yang sangatlah rendah. Hanya 22 persen dari populasi!
Kesimpulannya, hanya satu dari lima orang Indonesia yang membaca buku pada setahun terkahir ini.
Dibanding di dunia luar sana, di dunia industri, yang membaca buku rata-rata di atas 50 persen. Itu artinya di sana dari dua orang hanya satu yang tak membaca buku dan satu orang membaca buku.
Baca Juga: Ekspresi Data Denny JA: Hanya 15,5 Persen Populasi Indonesia yang Perhatikan Isu Lingkungan Hidup
Di Indonesia dari lima orang, empat orang tidak membaca buku. Dari lima orang, hanya satu orang yang membaca buku.
Apakah gerangan sebabnya?
Mengapa rendah sekali tingkat membaca buku di Indonesia?
Ada berapa penyebab. Tradisi lisan di Indonesia begitu kuat dan belum sempat ia sepenuhnya berubah menjadi tradisi tulisan.
Ketika modernisasi datang membawa sekolah-sekolah, makin banyak orang belajar membaca dan menulis. Tradisi tulisan mulai tumbuh.
Sebelum tradisi tulisan dominan, tiba-tiba datanglah itu dunia internet. Akibatnya banyak populasi mencari informasi tak lagi lewat buku.
Mereka lebih memilih mencari informasi lewat aneka media-media di internet.
Lalu kemudian datanglah era sosial media. Bertahun- tahun media sosial menguasai hidup kita dan mengubah cara kita membaca informasi.
Informasi di media sosial yang kita baca umumnya dengan durasi hanya satu sampai lima menit saja. Akibatnya kita kurang stamina membaca tulisan panjang. Kita hanya terbiasa membaca tulisan yang ringkas saja 1-5 menit saja.
Untuk membaca buku butuh waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari. Tradisi membaca cepat dan singkat ikut membuat buku tidak populer.
Buku adalah jendela dunia. Buku sastra memperkaya batin kita, memperluas perspektif kita. Buku non- sastra mengantarkan pengetahuan tentang dunia.
Sudah waktunya kita kembali gelorakan tradisi membaca buku, bahkan dari usia kanak-kanak. ***