Dukung Prabowo, Tatapan Budiman Kosong, Kalimatnya Lesu dan Hatinya Hampa
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 20 Agustus 2023 07:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Budiman Sudjatmiko terlihat begitu tidak nyaman di dalam melakukan deklarasi dukungan kepada Prabowo. Kelihatan apinya sudah bukan hanya mulai padam tapi sudah redup dan tidak ada lagi semangat di dalam kalimat-kalimatnya.
Semua yang dia katakan dan ia bicarakan di hadapan para relawan Budiman dan Prabowo hanyalah normatif dan kelihatan begitu normatif. Tidak ada api yang terdengar dan dirasakan oleh para pendukungnya.
Apa yang dilakukan oleh Budiman Sudjatmiko sangatlah berlawanan dengan tujuan ia dilahirkan dan tujuan ia hidup.
Baca Juga: Hasil BRI Liga 1: 2 Penalti dan 1 Kartu Merah Warnai Kemenangan Barito Putera Atas Persik Kediri
Kelihatan sekali arah hidupnya sudah mulai bergeser dan sudah kehilangan jati dirinya sebagai anak revolusi. Perjuangannya melawan Orde Baru sudah ia coba dengan sekuat tenaga untuk ia lupakan jauh-jauh dan ia tinggalkan.
Tapi kelihatannya Budiman Sudjatmiko mengalami sebuah degradasi harga diri dan degradasi motivasi. Dulu mendukung Jokowi terang-terangan dan begitu berapi-api.
Tapi saat ini ketika dia dijadikan pendukung Prabowo atau terpaksa menjadi pendukung Prabowo karena satu dan lain hal, ia kelihatan sangat tidak yakin dan tidak percaya diri, seperti yang ia tunjukkan sebelum-sebelumnya.
Inilah yang saya katakan beban mendukung orang jahat. Inilah yang saya katakan beban di dalam mendukung orang yang tidak layak memimpin negara ini. Begitu sulit bagi Budiman Sudjatmiko untuk bersuara di depan panggung, di mana dia diminta untuk berbicara soal dukungannya kepada Prabowo.
Baca Juga: Hasil BRI Liga 1, Tanpa Sananta Persis Solo Mampu Kalahkan Bali United
Berbeda dengan apa yang ia lakukan 20 sampai 30 tahun silam, di mana ia berbicara dengan lantang di hadapan para mahasiswa mengenai perlawanan mereka terhadap Orde Baru. Lebih baik orang ini pensiun saja di dalam politik.
Tapi ya sekali lagi itu kan haknya Budiman Sudjatmiko untuk memperlihatkan dirinya kepada masyarakat, begitu tidak nyamannya dia ada di sebelah Prabowo. Bayangkan jika Budiman Sudjatmiko jadi tim suksesnya Ganjar Pranowo.
Meskipun tidak dijanjikan duit yang banyak, dia akan begitu bebas mengekspresikan dan mengutarakan pemikirannya dan idealismenya, mengenai perlawanannya terhadap Orde Baru.
Orang kalau sudah lahir nasionalis akan terus menjadi nasionalis. Ketika dia berubah menjadi pendukungnya kaum oportunis dan kaum haus kekuasaan, beliau tidak akan bisa menjadi orang yang maksimal. Budiman Sudjatmiko terlihat begitu kaku dan begitu tertekan ketika mendukung Prabowo di atas panggung.
Coba jika dia mendukung Ganjar, tentu dia akan begitu berapi-api dan begitu natural menyuarakan suara-suara kebenaran yang ada di dalam hatinya dan di dalam pikirannya, yang sudah tertanam sejak 20 sampai 30 tahun yang lalu.
Orang kalau sudah master di satu bagian tentu tidak akan bisa menjadi master di bagian yang lain. Kalau Budiman sudah jadi master di dalam melawan Orde Baru dan melawan otoritarianisme yang dijunjung tinggi oleh pendukungnya Prabowo, dia akan mengulang lagi masa-masa pembelajarannya untuk mendukung orang yang dia benci dan tidak dia sukai karena terlibat di dalam kerusuhan Mei 1998.
Bayangkan jika dia pendukung Ganjar, yang akan menjadi begitu luar biasa. Penuh dan menyundul langit yang akan mendapatkan. Tapi orang kelihatannya lebih suka makanan yang instan daripada makanan yang sehat.
Budiman terlihat begitu lesu, gundah gulana, dan hatinya tidak terbakar semangat nasionalisme yang saat ini ia mulai pudar. Budiman Sudjatmiko itu seperti api yang membara yang mendadak disiram oleh air dingin. Lesu, lunglai, semangatnya patah.
Baca Juga: Erick Thohir: Kesempatan Langka Indonesia Jadi Tuan Rumah FIBA World Cup
Jujur saja saya kasihan sama orang ini. Semangatnya sudah hilang, termakan oleh entah apa yang membuat dia berpaling kepada musuhnya, yang terlibat atas hilangnya teman-temannya yang sampai saat ini belum ditemukan. Ayo, Mas Budiman, pulanglah.
Masih ada waktu untuk kembali kepada Ibu Pertiwi, mencintai Indonesia dan memperjuangkan negara ini, agar tidak menjadi negara yang dikuasai oleh para pelanggar HAM. Rakyat Indonesia masih mau memilih Presiden di tahun 2029, 2034 dan seterusnya.
Di usia yang sudah setengah abad, sayang sekali kalau semuanya dimulai dari nol, karena semuanya akan begitu tidak bisa maksimal di hari tua Anda nantinya. Mungkin Presiden Joko Widodo tepat untuk mengurungkan niatnya menjadikan orang ini sebagai Menteri, karena memang Pak Jokowi kelihatannya melihat beliau belum siap.
Seharusnya Budiman bisa tunggu sebentar. Jika tetap konsisten mendukung Ganjar, dia bisa dipercayai dan mendapat jabatan yang jauh lebih baik lagi kok daripada sekedar menteri.
(Oleh: Manuel, penulis Seword.com)***