DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kisah Hinaan Terhadap Jokowi: Tahi Sapi Sebagai Pupuk Kehidupan

image
Sandiaga Uno bersama Presiden Jokowi.

ORBITINDONESIA.COM - Dulu, Prabowo bahkan menolak salam (peluk) dari Jokowi. Jauh sebelumnya lagi, Bibit Waluyo yang waktu itu gubernur Jateng merendahkan Jokowi dengan menyebutnya walikota bodoh.

Namun pada saatnya, Jokowi membalas Prabowo dengan mengangkatnya jadi menteri. Pun mencium tangan Bibit Waluyo ketika mereka bertemu.

Jokowi pernah berkata bahwa kita tidak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa mengatur layar untuk mencapai pelabuhan.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: 39 Persen Orang Amerika Menikah Dengan Pasangan yang Berbeda Agama

Penolakan salam dari Prabowo adalah angin yang tak ramah. Ucapan Bibit Waluyo adalah angin buruk. Jokowi tak bisa menolak angin-angin itu, namun dia sanggup mengatur layarnya. Mendekati pelabuhan.

Garis hidup Jokowi nampaknya memang harus berteman dengan berbagai derita dan kesakitan. Sejak secara harfiah hidup miskin di bantaran kali Solo, sampai berbagai fitnah, pelecehan, hinaan, jegalan, bahkan ketika dia berkuasa.

Namun nampaknya pula - soal "life skill", akhlak - Jokowi sudah sampai tahapan "master". Ibarat tahi sapi yang dilemparkan ke pintu rumahnya - semua hinaan dan sakit itu - tidak dilemparkannya balik ke para pelempar yang miskin adab dan akhlak. Tahi sapi itu dijadikannya pupuk (kehidupan).

Baca Juga: Kabar Gembira Buat Jakmania, Marko Simic Bakal Pulih Lebih Cepat dari Perkiraaan 6 Pekan

Begitulah Jokowi, terlepas dari berbagai kelemahannya sebagai manusia biasa dan politisi. Maka ketika ada manusia kesepian, narsis, yang haus tepuk tangan menghinanya "ba*ingan to*ol", dia cuma bergumam:

"Ah, itu hal kecil. Saya mau kerja saja". Di mata batin mereka yang tajam, akan menangkap: Ah, sesungguhnya memang sekecil itu lah si penghina.

Begitulah.

(Oleh: HT) ***

Berita Terkait