Rachmad Bahari: Kapal Adalah Kuda
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 21 Juli 2023 09:35 WIB
Di antara penerus dinasti Mataram tercatat hanya Keraton Surakarta yang memiliki perahu yang berfungsi sebagai semacam korvet, yang berlayar menuju pesisir melalui Bengawan Sore, yang kemudian dikenal sebagai Bengawan Solo.
Keraton Ngayogyakarta meskipun memiliki garis pantai yang lebih panjang di pesisir selatan, nyaris terkunci. Untuk berhubungan dengan dunia luar harus melalui Bengawan Solo dan harus mengeluarkan biaya ekstra karena harus membayar tol kepada Keraton Surakarta.
Perahu korvet Keraton Surakarta digerakkan oleh tenaga manusia dengan mendayung. Di bagian haluan dan buritan dihiasi patung kepala raksasa. Hiasan di haluan dan buritan disebut cantik. Perahu korvet Keraton Surakarta dihiasi cantik kepala Rajamala.
Rajamala yang berarti rajanya penyakit atau raja kuman, tercipta ketika Begawan Palasara menjalani ritual dalam rangka mengobati Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti dari Wirata yang mengasingkan diri di perahu di tengah sungai Yamuna karena berbau amis dan bersisik.
Pengobatan berhasil dilakukan, bau amis hilang dan sisik dibuang ke sungai berubah menjadi raksasa sakti Rupakenca dan Kencakarupa, dan penyakit berubah menjadi Rajamala.
Kisah asmara di perahu menghasilkan anak yang bernama Byasa atau Vyasa, sang penulis Mahabharata. Kisah asmara antara Durgandini Palasara, dan Santanumurti akan saya bahas tersendiri pada kesempatan lain, karena menjadi muasal perang Bharatayudha.
Rupakenca dan Kencakarupa kemudian diangkat menjadi patih Wirata dan Rajanala menjadi senapati.
Ketika saudara lelaki Durgandini, Durgandana, naik tahta sebagai raja Wirata bergelar Prabu Matswapati, ada upaya kudeta Rupakenca dan Kencakarupa, dan dibantu Rajamala dalam lakon Wirataparwa dengan segala intriknya, dan lebih menarik untuk dibahas terpisah.