Erros Djarot: Jokowi, Dari Zero ke Hero, Jangan Sebaliknya
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 19 Juli 2023 13:13 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dalam catatan sejarah politik Indonesia masa kini, sekelompok komunitas rakyat berperan sangat besar dalam menjadikan seseorang sebagai pemimpin pujaan massa.
Bermula dari titik ZERO, sang tokoh digelembungkan hingga besar dan eksis di atas panggung massa rakyat sebagai HERO. Sosok Jokowi adalah figur fenomenal dalam menguatkan catatan ini sebagai bukti sejarah politik di negeri ini.
Jokowi memang berangkat dari titik Zero dan kini eksis sebagai Hero, darling of the people. Bahwasanya para desainer politik di belakang layar menggunakan para buzzer sebagai prajurit terdepan yang sangat berperan dalam menghadirkan fenomena ini, itu merupakan catatan tersendiri.
Baca Juga: Dokter Tirta Bela Masinis yang Terlibat Kecelakaan Kereta Api Brantas vs Truk Mogok, Begini Katanya!
Apakah fenomena ini baik atau sangat buruk bagi kelangsungan kehidupan demokrasi Indonesia selanjutnya? Pertanyaan ini sepertinya bukan menjadi isu utama.
‘The ends justify the means’ atau ‘The means justify The end’, bagi para desainer politik mashab ‘Jokowisme’ bukanlah merupakan hal yang penting. Berpegang pada sikap praktis pragmatis, sing penting pokoke menang!
Sebagai catatan khusus, hubungan antara Jokowi, relawan, dan para buzzer pun, merupakan segitiga mesin politik utama sebagai fenomena baru dalam dunia perpolitikan Nasional. Pemujaan dan puja-puji pada sang pemimpin pun menjadi menu utama dalam panggung politik The making of the President, di Indonesia hari ini!
Di sisi lain, tercatat dalam sejarah pula, pemujaan tidak selalu berjalan selamanya. Dalam jangka waktu tertentu dan dalam situasi dan kondisi tertentu pula, sang pemimpin yang pernah menjadi pujaan massa rakyat, dipelorot dari posisinya sebagai Hero, terjun bebas ke titik Zero.
Dalam konteks sejarah Indonesia, mencatat dua nama pemimpin kharismatik bangsa Indonesia yang mengalami nasib buruk ini. Pertama sang Proklamator pemimpin besar revolusi, Presiden seumur hidup, Bung Karno; dan Jenderal besar, Bapak Pembangunan, Suharto.