Iran Serahkan Tanggapan Tertulis untuk Pulihkan Kesepakatan Nuklir
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 17 Agustus 2022 04:48 WIB
ORBITINDONESIA - Iran mengatakan Selasa, 16 Agustus 2022, bahwa pihaknya mengajukan "tanggapan tertulis" terhadap apa yang digambarkan sebagai peta jalan terakhir, untuk memulihkan kesepakatan nuklir nya yang berantakan dengan kekuatan-kekuatan dunia.
Kantor berita IRNA tidak memberikan rincian tentang substansi tanggapannya. Tetapi mengisyaratkan bahwa Iran masih tidak akan menerima proposal yang dimediasi Uni Eropa, meskipun ada peringatan bahwa tidak akan ada lagi negosiasi nuklir.
“Perbedaannya ada pada tiga masalah, di mana Amerika Serikat telah menyatakan fleksibilitas verbalnya dalam dua kasus, tetapi itu harus dimasukkan dalam teks,” kata laporan IRNA, kantor berita resmi Iran. “Isu ketiga terkait dengan jaminan kelanjutan (kesepakatan), yang tergantung pada realisme Amerika Serikat.”
Baca Juga: Hillary Clinton, Skandal Lewinsky dan Arti Pernikahan
Teheran di bawah Presiden Ebrahim Raisi telah berulang kali menyalahkan Washington atas keterlambatan dalam mencapai kesepakatan nuklir.
Nabila Massrali, juru bicara UE untuk urusan luar negeri dan kebijakan keamanan, mengatakan kepada The Associated Press bahwa UE menerima tanggapan Iran pada Senin malam.
“Kami sedang mempelajarinya dan berkonsultasi dengan peserta JCPOA lainnya dan AS di masa depan,” katanya, menggunakan akronim untuk nama resmi kesepakatan nuklir, Rencana Aksi Komprehensif Gabungan.
Uni Eropa telah menjadi perantara dalam pembicaraan tidak langsung, karena Iran menolak untuk bernegosiasi langsung dengan AS sejak Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjian itu pada 2018.
Baca Juga: Empat Buku Pilihan untuk Menjalani Pekerjaan Dengan Baik
Dari Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan, AS akan berbagi tanggapannya sendiri terhadap UE
“Namun, kami setuju dengan poin fundamental (Uni Eropa), dan bahwa apa yang dapat dinegosiasikan telah dinegosiasikan,” kata Price.
Dia menambahkan, Iran telah membuat “tuntutan yang tidak dapat diterima” melampaui teks kesepakatan nuklir 2015, di mana Iran secara drastis membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
“Jika Iran ingin sanksi ini dicabut, mereka perlu mengubah perilaku mendasar mereka,” kata Price. “Mereka perlu mengubah aktivitas berbahaya yang menimbulkan sanksi ini sejak awal.”
Baca Juga: PSM Makassar Bisa Langsung Lolos ke Final Antarzona Jika Mampu Kalahkan Kuala Lumpur City FC
Pada penghitungan publik terakhir, Iran memiliki persediaan sekitar 3.800 kilogram uranium yang diperkaya.
Berdasarkan kesepakatan itu, Teheran dapat memperkaya uranium hingga kemurnian 3,67%, sambil mempertahankan persediaan uranium 300 kilogram di bawah pengawasan kamera pengintai dan inspektur internasional.***