Orbit Indonesia
Tafta Zani: Kasihan Melihat Pak Amien Rais
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 30 Juni 2023 08:40 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Ketimbang sebal atau marah melihat ucapan atau perbuatan tokoh seperti Pak Amien Rais, saya kok lebih sering merasa sedih dan kasihan yah. Meski sepenuhnya sadar bahwa saya ini apalah, cuma serpihan rengginang di kaleng Khong Guan.
Ucapan-ucapan Pak Amien Rais tajam dan cenderung bengis menyerang pemerintahan Jokowi. Bahkan belakangan bilang mau lakukan "people power" segala -- sebuah frasa keras, tapi jatuh pada situasi yg salah. Mengapa sedih?
Jangan lupa, citra diri positif Pak Amien Rais di era Orde Baru, adalah satu dari tiga bintang terang tokoh muslim di langit pergaulan intelektual: Cak Nur, Buya Syafi'i, Amien Rais.
Dengan mengatakan ini, ada sebuah pengertian tentang rasa keadaban tertentu kaum santri terpelajar; pada motif dan bahkan dalam menyampaikan kritik terbuka.
Belum pudar ingatan sebagian orang bahwa Pak Amien Rais --dan ini kelebihannya-- pada babak penting peralihan rezim kekuasaan dari otoriter ke demokrasi, menjadi salah satu aktor utamanya yang gemilang.
Pak Amien pasang badan di tubir peralihan kekuasaan yang berbahaya. Sebutan ia sbg "Bapak Reformasi", tak berlebihan rasanya. (Maka, ketika ia nyapres, saya tergabung dalam apa yang disebut "Team 7" menjadi relawannya, walau tak lama).
Atau memang ia kini, persis seperti sebuah ungkapan yg sering dikatakan seorang sahabat di sebrang, Alfrenzi Panggarbesi: "Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya".
Ini soal kemampuan mengubah mind-set di lingkungan yang tak sama lagi. Dan Pak Amien agaknya masih belum beranjak dari tawanan ingatan masa lalu itu.
Semacam syndrom, begitu? Entahlah. Tapi saya tetap masih mengingat amal baiknya sebagai tokoh, sekurangnya di masa lalu.
(Akun Facebook Tafta Zani) ***