Etika Global dan Etika Profetik Perlu Segera Membumi di Negeri Ini
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 12 Mei 2023 05:30 WIB
Dan sebelum Deklarasi Etika Global ini telah dilakukan serangkaian konsultasi, diantaranya di New Delhi, India (1993), di Balgore, India dan di Chicago (September 1993) dengan peserta sekitar 6.000 orang dari berbagai negara dan bangsa di dunia.
Prof. Hans Kung yang mengemukakan Deklarasi Menuju Etika Global yang kemudian diadopsi oleh Parlemen Agama-agama Sedunia.
Selaras dengan ide dan gagasan Etika Global ini, Habib Chirzin sebagai aktivis kaliber dunia pun ikut menulis tentang "Parlemen Agama-agama Sedunia dan Etika Global."
Baca Juga: Bioskop Trans TV Colossal Ketika Anne Hathaway Punya Ikatan Batin dan Mistis dengan Raksasa di Korea
Mengacu pemikiran Nurcholish Majid yang tertuang dalam makalah kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, tentang"Beberapa Renungan Tentang Kehidupan Keagamaan Untuk Generasi Mendatang" ia menawarkan suatu model kehidupan keagamaan yang masuk dalam wacana modernisme.
Indikator dari sejumlah isu yang mengemuka dalam gagasan pemikiran Nurcholish Majid itu, meliputi pluralisme, toleransi, deabsolutisme kebenaran dari suatu teks dan dekonstruksi pemahaman keagamaan.
Sebagai gerakan kultural-intelektual -- posmodernisme -- memang sudah muncul pada 1960 hingga semakin populer dalam dunia seni lukis Indonesia pada 1980-an.
Dalam pemikiran tokoh Islam, istilah posmodernisme banyak diekspresikan oleh Muhammad Arkoun dan Hassan Hanafi. Dalam versi Alwi Shihab, modernisme tampil dalam sejarah sebagai kekuatan progresif yang menjanjikan pembebasan manusia dari belenggu keterbelakangan dan irrasionalitas.
Baca Juga: The Outpost, Film Perang Amerika yang serang Afghanistan dengan Dalih Bertahan dari Pemberontak
Posmodernisme sedemikian cepat merambah semua bidang kehidupan, termasuk bidang keagamaan.