Profil PSHT yang Bentrok di Malang, Sejarah Didirikan sampai Falsafah Khas Jawa
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 09 Agustus 2022 15:32 WIB
Pada tahun 1960-an ketua dijabat oleh Mas Irsjad, namun jabatan ketua kembali dipindahtangankan pada Mas Santoso Kartoatmodjo.
Di tahun 1965 ketua kembali diduduki oleh Soetomo Mangkoedjojo sampai tahun 1974, di periode kedua ini PSHT mulai menjalankan cabangnya di beberapa kota seperti Magetan, Mojokerto, Yogyakarta, Surabaya, dan Solo.
PSHT juga memiliki falsafah khas Jawa yang diajarkan secara turun temurun pada murid-muridnya, seperti:
Baca Juga: Simak Jadwal Kepulangan Jemaah Haji Indonesia 9 Agustus 2022, Ada 7 Kloter yang Pulang
1. Sepira Gedhening Sengsara Yen Tinampa Amung Dadi Coba, yang berarti "seberapa pun besarnya kesengsaraan jika mampu menerimanya hanya akan jadi cobaan semata".
2. Ala Tanpa Rupa Yen Tumandhang Amung Sedhela, yang berarti "setiap rasa kesusahan, keburukan, serta masalah-masalah apabila dijalani dengan berlapang dada maka kemudian terasa sebentar saja".
3. Tega Larane, Ora Tego Patine, yang secara harfiah berarti "tega melihat sakitnya, tidak tega melihat matinya". Yang mana maksudnya adalah warga PSHT berani menyakiti seseorang dalam rangka memperbaiki bukan merusak (membunuh).
Baca Juga: Viral Video Turis di Bali Beri 5 Juta kepada Seorang Ibu Berawal dari Beri Pertolongan
4. Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti, yang berarti "segala kesempurnaan hidup dapat diluluhkan dengan budi pekerti luhur".
5. Satria Ingkang Pilih Tanding, yang secara harfiah berarti "seorang kesatria mampu memilih lawan".