Hendrajit: Membaca Bukan Cuma Bikin Pintar, Tetapi Juga Punya Efek Spiritual
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 20 Februari 2023 10:05 WIB
ORBITINDONESIA - Selama ini kita hanya tahu membaca bisa bikin kita pintar, cerdas dan berwawasan.
Namun dalam beberapa pandangan cendekiawan dan sastrawan dunia, membaca punya efek spiritual dan psikologis yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan.
Soal membaca, Umberto Eco, sastrawan yang pernah menerbitkan novel berjudul in the name of the Rose, mengatakan: "Kata-Kata akan tetap tinggal dalam khazanah Allah, jika kata-kata itu tidak dibaca."
Baca Juga: Tampil Mengerikan, Manchester United Bantai Leicester City di Kandang Setan Merah
Miguel de Carvantes melalui karya legendarisnya, Don Quixote de la Mancha mengirim pesan pada kita: "Membaca bisa mengubah seseorang untuk menjadi seperti yang dibacanya."
Marcel Proust, lain lagi pandangannya. Bagi Proust, membaca merangsang orang untuk berangan-angan.
Bacaan jadi katalisator atau faktor percepatan bagi pembaca untuk masuk ke dalam ingatannya yang terdalam dan membangkitkan kepekaannya pada keindahan.
Bahkan bukan sekadar membangkitkan kepekaan pada keindahan, tapi juga memantik kreativitas seseorang. Vladimir Ulyanov Lenin, hanya karena terkesima dan tersengat pada judul sebuah novel berjudul: What have to be done.
Baca Juga: Puisi Swary Utami Dewi: Blora dan Cinta
Maka kalimat itu telah menginspirasi dirinya menggunakan kalimat itu sebagai tema pergerakan revolusionernya untuk menggulingkan sistem kekaisaran di Rusia. Dan berhasil mengambil alih kepemimpinan nasional Rusia pada 1917.
Joseph Conrad sastrawan Amerika berpandangan: Penulis buku sesungguhnya hanya menulis separuh buku, separuh lainnya harus diambil alih oleh pembaca."
Membaca berarti sebuah proses yang tidak bersifat steril dari lingkungan sosial dan pasif, melainkan merupakan proses yang kreatif dan aktif. Sehingga pembaca tidak sekadar menerima apa yang dibacanya, melainkan memperdalam dan menghadapkannya dengan pengalaman dan perasaan kita.
Begitulah. Membaca sejatinya bukan tentang bacaannya itu sendiri, melainkan lebih pada sang pembaca sebagai subyek.
Baca Juga: Contoh Teks Amanat Pembina Upacara Yang Singkat dan Jelas dengan Tema Isra Miraj
Membaca buku harus dijiwai oleh hasrat seorang anak, manakala isi buku tidak sepenting terpenuhinya hasrat si anak untuk mengembara dan berpetualang. Itulah yang memuaskannya.
Apakah dalam membaca buku kita harus dijiwai hasrat seorang anak meski kita sudah berusia setengah baya?
Mari kita akhiri renungan ini dengan ungkapan David Harvey, profesor dari Universitas Exeter Inggris, kepada pengarang buku Harry Poter, JK Rowling:
"Saya sudah berusia 61 tahun, tetapi saya membaca buku anda dengan demikian bernafsu seperti seorang anak-anak."
Baca Juga: Turnamen Mini: Indonesia Melawan Selandia Baru, Timnas Garuda Takluk 1-2 dari Selandia Baru
Oleh: Hendrajit
Catatan :
¤ Umberto Eco (1932~2016) merupakan seorang filsuf dan novelis berkebangsaan Italia.
¤ Miguel de Cervantes Saavedra (1547~1616) adalah seorang novelis, penyair dan dramatis Spanyol.
¤ Marcel-Valentin-Louis-Eugène-Georges Proust (1871~1922) adalah seorang cendekiawan, novelis, eseis dan kritikus Prancis.
¤ Joseph Conrad (1857~1924) adalah seorang penulis Polandia-Britania yang diangkat sebagai salah satu novelis terbesar yang menulis dalam bahasa Inggris. Ia diberi kewarganegaraan Britania pada 1886 namun selalu menyatakan dirinya sendiri sebagai orang Polandia.***