Mari Kenali Bahasa Indonesia Sebagai Budaya Nasional
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 20 September 2022 11:17 WIB
ORBITINDONESIA – Sebuah negara atau bangsa tentu memiliki budaya nasional yang membedakan negara tersebut dari negara lainnya.
Dan budaya nasional yang dimiliki sebuah negara atau bangsa sudah tentu berasal dari budaya lokal yang dimiliki masyarakatnya.
Tak berbeda pula dengan Indonesia yang juga memiliki budaya nasional yang membedakannya dengan negara atau bangsa yang lainnya.
Baca Juga: Wow, Denda Pelanggaran Lalu Lintas Terekam ETLE di Jawa Tengah Tembus Puluhan Miliar Rupiah
Oleh karenanya, Bahasa Indonesia merupakan budaya nasional yang dimiliki bangsa Indonesia yang membuat Indonesia berbeda dari negara ataupun bangsa lainnya.
Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sendiri baru dicetuskan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat pemuda dan disanalah mereka berikrar:
Baca Juga: Satrio Arismunandar: Perlu Berdayakan Budaya Malu dan Kebersalahan untuk Atasi Korupsi
(1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
(2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan
(3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Negara Indonesia sendiri terdiri dari banyak suku bangsa yang masing-masing memiliki bahasa, budaya, gaya hidup hingga adat istiadat yang khas.
Baca Juga: Disebut Islamphobia, Ini Isi Ceramah Islah Bahrawi soal Riba dan Teroris di Depan Mahasiswa IPDN
Kebudayaan nasional yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini bersumber dari kebudayaan daerah yang terdiri atas beragam kearifan lokal yang membentuk budaya nasional Indonesia.
Budaya nasional Indonesia, khususnya bahasa Indonesia memiliki akar sejarah yang panjang. Termasuk fakta bahwa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.***