Syaefudin Simon: Yusril dan PBB
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 15 Januari 2023 11:15 WIB
ORBITINDONESIA - Pidato Prof. Yusril Ihza Mahendra pada Rakornas Partai Bulan Bintang (PBB) di Jakarta Rabu, 11 Januari 2023 sangat bernas. Ia bercerita, meski PBB partai Islam, tapi inklusif dan modern.
Di Kabupaten Mimika, misalnya, dari 6 anggota DPRD-nya, 5 orang non-Islam (nonis). Di NTT dan dan Bali, hampir semua pengurus partai, nonis. PBB, kata Yusril, tidak sama dengan Partai Jamaat Islam (PJI) di Pakistan besutan Abul A'la Al Maududi.
Yusril menyatakan, PJI cita-citanya mengembalikan Islam ke abad ke-7 seperti zaman khulafaur Rasyidin. PBB ingin membawa Islam ke zaman modern dan mengikuti perkembangan dunia terkini.
Baca Juga: Obrolan Politik: KPK, Sesudah Lucas Lalu Yohanes
PBB adalah partai Islam nasionalis, mengikuti jejak pikiran para founding fathersnya seperti Muhamad Natsir dan Burhanudin Harahap.
Muhamad Natsir adalah pencetus ide Republik Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1950 di sidang parlemen.
Ide Natsir yg kemudian dikenal dengan "Mosi Integral" itu mendapat dukungan seluruh anggota parlemen RIS saat itu. Berkat mosi integral Natsir tersebut RIS menjadi NKRI yang sah secara politik dan hukum. Belanda tidak bisa berbuat apa-apa.
Sementara Burhanudin Harahap dikenal sebagai tokoh Masyumi dan PM yg berhasil melaksanakan pemilu pertama yang demokratis di Indonesia, 1955.
Baca Juga: Semakin Menggoda, Ini Spesifikasi HP Realme GT 3 Pro Ram 12 Giga Keluaran Terbaru 2023
Pemilu tersebut diakui dunia internasional sebagai pemilu yang sangat demokratis. Jauh lebih demokratis ketimbang pemilu di era Orba dan Reformasi.
Bagi PBB, kata Yusril, Islam dan nasionalisme adalah harga mati. Ia bercerita, di kampungnya, Belitung, ada orang PNI, Muhamad Zain, yang salatnya rajin. Tiap waktu salat jamaah di masjid. Ahli ibadah. Tapi tokoh idolanya Bung Karno.
Sebaliknya ada tokoh Masyumi, namanya Ali, yang gigih berjuang untuk Islam. Tapi salatnya hanya terlihat saat Idul Fitri. Yang lucu, kata Yusril, di kampungnya ada Komarudin, seorang Muazin di masjid. Eh dia ketua Pemuda Rakyat underbouw PKI.
Sayangnya, kata Yusril, kelompok sosialis yang berideologi Marxisme, yang kemudian menjelma jadi PKI ini dibrangus di Indonesia.
Nasib Komarudin pun entah bagaimana. Banyak orang Islam model Komarudin ini. Tergila-gila ideologi sosialis marxisme, lalu berujung pada stigma PKI.
Kenapa ideologi sosialis yang islamis menjadi partai anarkis dan antiislam sejak terbentuk PKI? Prof. Komarudin Hidayat menduga, hal itu terjadi karena provokasi CIA.
Intel CIA, ujar Prof . Komar, menyusup di PKI dan memprovokasi partai sosialis marxis itu agar anarkis dan antiislam. Begitulah dinamika politik Indonesia.
Walhasil, menurut Yusril, di Indonesia ini yang ada hanya dua ideologi partai politik -- Islamis dan Nasionalis. Sosialis sudah masuk liang kubur.
Syaefudin Simon, Kolumnis. ***