DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

AS Lakukan Uji ICBM yang Tertunda Selama Unjuk Kekuatan China atas Taiwan

image
Uji ICBM AS, pesan untuk China dan Rusia.

ORBITINDONESIA - Militer AS mengatakan pada Selasa, 16 Agustus 2022, bahwa mereka telah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua atau ICBM Minuteman III, yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Uji ICBM itu tampaknya untuk memberi pesan pada China dan Rusia.

Uji ICBM itu sebelumnya ditunda oleh AS, untuk menghindari meningkatnya ketegangan dengan Beijing selama unjuk kekuatan China di dekat Taiwan awal bulan ini.

China mengerahkan sejumlah pesawat dan menembakkan rudal langsung di Selat Taiwan, setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi melakukan perjalanan ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

Baca Juga: Drakor Extraordinary Attorney Woo Musim Kedua Segera Digarap, Cek Jadwal Tayangnya

 

Uji coba ICBM itu menunjukkan "kesiapan pasukan nuklir AS dan memberikan keyakinan akan daya mematikan dan efektivitas penangkal nuklir negara itu," kata pernyataan militer AS.

Militer mengatakan, sekitar 300 tes semacam itu telah terjadi sebelumnya dan itu bukan hasil dari peristiwa global tertentu.

Pada April 2022, militer AS membatalkan uji coba rudal balistik antarbenua Minuteman III. Penundaan itu bertujuan untuk menurunkan ketegangan nuklir dengan Rusia selama perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Minuteman III berkemampuan nuklir, yang dibuat oleh Boeing Co, adalah kunci persenjataan strategis militer AS. Rudal itu memiliki jangkauan 9.660 km lebih dan dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan sekitar 15.000 mil per jam (24.000 km/jam).

Baca Juga: Suit, Suit, Kaesang Pangarep dan Erina Gudono Mesra di Istana Negara

Rudal itu tersebar di silo bawah tanah yang dikeraskan yang dioperasikan oleh kru peluncuran.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Februari, kekuatan nuklir negaranya harus disiagakan. Ini meningkatkan kekhawatiran bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat menyebabkan perang nuklir.

Namun para pejabat AS mengatakan, sejauh ini mereka tidak melihat alasan untuk mengubah tingkat siaga nuklir Washington.

Rusia dan Amerika Serikat sejauh ini memiliki persenjataan hulu ledak nuklir terbesar di dunia setelah Perang Dingin.***

 

Berita Terkait