Stabilitas dan Perdamaian Menjadi Syarat Mutlak Wujudkan Sentralitas ASEAN
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 04 Mei 2023 11:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Direktur Kerjasama Ekonomi ASEAN Kemenlu RI, Berlianto Situngkir mengatakan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ingin menegaskan kembali arti penting dan relevansi ASEAN bagi masyarakat di kawasannya.
Maka dari itu, stabilitas dan perdamaian menjadi syarat utama dalam rangka mewujudkan sentralitas ASEAN.
"Pada keketuaan kita ini (Indonesia), stabilitas dan perdamaian di kawasan itu menjadi syarat mutlak bagi terciptanya sentralitas di ASEAN," kata Berlianto dalam diskusi daring Forum Merdeka Barat bertajuk “Menjaga Stabilitas Ekonomi dan Netralitas ASEAN,” Rabu, 3 Mei 2023.
Baca Juga: Evaluasi Program: Truk AMDK Dibatasi, Pedagang Air Galon di Jabodetabek Sempat Kekurangan Stok
Dalam menjaga stabilitas dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di ASEAN, kolaborasi antar negara dan sektor sangat penting. Semua pihak harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan menjaga stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam sektor ekonomi Berlianto menyebut, membutuhkan empat elemen utama, yaitu; arsitektur kesehatan yang kuat, ketahanan pangan, ketahanan energi menuju transisi ekonomi bersih dan terbarukan, serta stabilitas keuangan di kawasan untuk mengantisipasi guncangan eksternal.
“Untuk mendukung tema ‘Epicentrum of Growth’, ASEAN perlu memperkuat keberadaannya dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan, bukan hanya di ASEAN saja, melainkan juga di kawasan Indo-Pasifik,” pungkasnya.
Dari sisi ekonomi, lebih lanjut Berlianto menyampaikan, ASEAN merupakan kekuatan kelima dunia setelah Amerika Serikat, China, Jepang dan Jerman. Hal ini juga didukung dengan jumlah penduduk yang sangat besar.
Baca Juga: Percakapan Bung Karno dan Presiden Yugoslavia Tito Tentang Nasib Bangsa Sesudah Mereka Meninggal
"Total GDP kita sekitar 3,3 triliun USD. Ditambah kita memiliki SDM atau penduduk yang sangat besar lebih dari 650 juta jiwa atau nomor tiga setelah China, India lalu ASEAN," kata Berlianto.