Harga BBM Naik, Yuk Gunakan Sepeda Biar Sehat, Hemat, dan Kaum Kapitalis Hancur
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 04 September 2022 13:22 WIB
ORBITINDONESIA – Seruan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi di tengah-tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat kalangan kapitalis penguasa ekonomi cemas bukan main.
Lo kok bisa? Bisa, karena kaum kapitalis akan banyak kehilangan penghasilan bila orang beralih ke alat transportasi sepeda.
Apa saja yang membuat penghasilan kaum kapitalis terancam oleh gerakan naik sepeda? Ini alasan gerakan bersepeda yang bikin penghasilan kalangan kapitalis merosot.
Baca Juga: Harga BBM Naik, Politikus dari Partai Gelora Sulkarnain Wahid Prihatin
Pesepeda tidak perlu lagi membeli kendaraan bermotor dari pabrik-pabrik milik kapitalis otomotif yang jumlahnya hanya segelintir di dunia ini.
Pesepeda tidak perlu meminjam uang dari lembaga keuangan atau bank milik kapitalis untuk membayar kredit kendaraan bermotor.
Pesepeda tidak perlu membayar asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan, karena risiko mereka kecil.
Pesepeda tidak perlu beli bahan bakar minyak milik pengusaha minyak.
Baca Juga: Imbang Lawan Palestina, Vietnam Tetap Diwaspadai Timnas Indonesia
Pesepeda tidak perlu membiayai perawatan dan pajak kendaraan bermotor.
Pesepada tidak perlu membayar parkir setiap hari berhenti untuk berbelanja di minimarket atau warung makan.
Pesepeda terhindari dari kecelakaan lalu lintas yang fatal risikonya.
Pesepeda tidak membutuhkan infrastruktur mahal yang berbayar seperti jalan tol an sejenisnya.
Baca Juga: SMRC: Ikatan Psikologis Publik Dengan Partai Politik Sangat Rendah
Pesepeda lebih sehat, karena tubuh akan senantiasa bergerak, sehingga terhindari dari kegemukan, sakit jantung, diabetes atau kecing manis, serta hipertensi atau darah tinggi.
Pesepeda tidak banyak membeli obat dan biaya rumah sakit, karena tubuh menjadi bugar setiap hari.
Itulah manfaat bersepeda untuk menyehatkan tubuh sekaligus bisa bikin industri milik kapitalis yang mengisap duit rakyat menjadi hancur. ***