Nyoto Santoso: Bakar Sampah Tingkatkan Polusi Mikroplastik di Udara

Oleh Dr. Ir. Nyoto Santoso, Pengamat Lingkungan/Dosen Fakultas Kehutanan IPB University, Bogor

ORBITINDONESIA.COM - Jangan suka bakar sampah (bercampur plastik) sembarangan! Di samping asapnya beracun kalau terhirup paru-paru, asap yang terbang  ke langit pun sangat berbahaya. Gumpalan asap tadi,  tidak hanya meningkatkan kadar gas rumah kaca (yang menaikkan suhu bumi), tapi juga meningkatkan kadar mikroplastik di udara.  

Bila udara yang terhirup pernafasan mengandung mikroplastik; debu yang menempel di makanan mengandung mikroplatik; dan air hujan yang turun ke bumi mengandung miroplastik, so what happened? 

Manusialah yang akan menjadi korban. Mikroplastik yang ada dalam tubuh manusia bisa memicu kerusakan DNA, meningkatkan risiko kanker, menyebabkan autoimun, gangguan hormonal, menimbulkan alergi, menggangu fungsi saraf pusat, dan lain-lain. 

Bahaya sekali mikroplastik. Manusia tidak aman! Tapi inilah faktanya di sekitar kita!

Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) merilis hasil kajian penelitian terkait kontaminasi mikroplastik di udara 18 kota/kabupaten di Indonesia. Jakarta Pusat menempati posisi pertama sebagai kota dengan kontaminasi mikroplastik tertinggi.

Hasil kajian ini dirilis pada laman ECOTON, Kamis, 23 Oktober 2025. ECOTON melakukan kajian ini bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (MJLI). Penelitian dilakukan pada Mei-Juli 2025. Penelitian kontaminasi mikroplastik di udara ambien dilakukan terhadap 18 kota/kabupaten di Indonesia.

Penelitian ini memakai metode pemantauan deposisi pasif mikroplastik udara dengan analisis mikroskopik dan spektroskopi inframerah Fourier Transform (FTIR) untuk memastikan jenis polimernya. Langkah penelitian meliputi Penempatan cawan petri kaca pada ketinggian 1-1,5 meter (zona pernapasan manusia) di lokasi representatif tiap kota. 

Hasil kajian itu mengungkapkan, ada   5 kota yang  kontaminasi mikroplastiknya sangat tinggi. Jakarta Pusat menempati urutan pertama. Ukuran partikel untuk 2 jam per 9 cm. Sedangkan kadar fragmen (53,26%), jenis Fiber (46,14%) dan jenis film (0,6%). Berikut ini daftar lengkap 18 kota tersebut:

1. Jakarta Pusat (37 partikel)
2. Jakarta Selatan (30 partikel)
3. Bandung (16 partikel)
4. Semarang (13 partikel)
5. Kupang (13 partikel)
6. Denpasar (12 partikel)
7. Jambi (12 partikel)
8. Surabaya (12 partikel)
9. Palembang (10 partikel)
10. Pontianak (10 partikel)
11. Aceh Utara (10 partikel)
12. Sumbawa (10 partikel)
13. Palu (9 partikel)
14. Sidoarjo (9 partikel)
15. Gianyar (6 partikel)
16. Solo (6 partikel)
17. Bulukumba (4 partikel)
18. Malang (2 partikel)

Kepala Laboratorium ECOTON, Rafika Aprilianti menjelaskan bahwa kajian ini mendukung temuan penelitian BRIN yang mengungkap air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik. Dan  Jakarta menempati urutan pertama.

"Tingginya mikroplastik di udara Jakarta berdampak pada tingginya kadar mikroplastik dalam air hujan, karena air hujan menyerap material di atmosfer udara sehingga mikroplastik yang ada di udara tertangkap air hujan dan larut di dalamnya," kata Rafika.

Dia menjelaskan bahwa jenis polimer yang ditemukan di udara sangat  beragam. Selain 5 jenis polimer yang ditemukan dalam air hujan yaitu Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen dan polibutadien, ditemukan juga PTFE, Epoxy, Poliisobutylen (karet sintetis), Poliolefin dan silika.

"Lebih beragamnya jenis polimer mikroplastik di udara karena 57% kebiasaan membakar sampah plastik akibat buruknya layanan sampah di Indonesia menyumbang tingginya temuan kadar partikel mikroplastik di udara kita," ungkap Koordinator relawan riset Mikroplastik Sofi Azilan Aini.

Dia mengungkap bahwa Jakarta menjadi kota dengan tingkat kontaminasi mikroplastik udara tertinggi di Indonesia, dengan jumlah 37 partikel dalam periode waktu 2 jam, jauh di atas kota lain seperti Malang 2 partikel mikroplastik dalam periode waktu 2 jam.

Untuk Jakarta, pengambilan sampel dilakukan di Pasar Tanah Abang, Jalan Sawah Besar, dan Kawasan Ragunan. Pasar Tanah Abang yang merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara menjadi hotspot mikroplastik akibat kombinasi lalu lintas kendaraan tinggi, penggunaan plastik sekali pakai, aktivitas bongkar-muat barang, dan pelepasan serat sintetis dari pakaian tekstil.

Sementara itu, kota dengan kelimpahan mikroplastik udara terendah ditemukan di Malang, hanya 2 partikel dalam 2 jam, karena rendahnya aktivitas industri dan pembakaran sampah serta dominasi vegetasi alami.

ECOTON mendorong Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengambil langkah strategis. Beberapa di antaranya seperti melarang pembakaran sampah di ruang terbuka, peningkatan fasilitas pemilahan sampah, pemantauan berkala mikroplastik di udara hingga penguatan kampanye lingkungan. Bila tidak, bahaya kontaminasi mikroplastik di lingkungan hidup kita makin mencemaskan! ***