Penghargaan Denny JA Foundation untuk Empat Penulis
(Eksplorasi Berita) - PENGHARGAAN DENNY JA FOUNDATION UNTUK EMPAT PENULIS
- Sutardji Calzoum Bachri, Sindhunata, Kaisar Deem, dan Fatin Hamama
Oleh Denny JA
ORBITINDONESIA.COM - Mengapa Penghargaan Tahunan untuk Penulis Itu Penting?
Setiap bangsa membutuhkan dua jenis penjaga:
mereka yang menjaga batas wilayah, dan mereka yang menjaga batas nurani.
Penjaga pertama bernama tentara, polisi, dan lembaga negara.
Penjaga kedua bernama penulis.
Di tengah derasnya informasi, algoritma media sosial, dan kecerdasan buatan yang makin canggih, manusia berisiko berubah menjadi sekadar data.
Di situlah penulis mengambil peran, mengingatkan bahwa di balik angka dan grafik, ada air mata, tawa, dan doa yang tak bisa direduksi.
Itulah alasan Denny JA Foundation menyiapkan dana abadi penghargaan sastra, bukan sebagai seremoni tahunan, tetapi sebagai ikhtiar panjang agar para penjaga nurani bangsa tidak berjalan sendirian.
Penghargaan ini penting karena:
1. Menjaga standar estetik dan kedalaman, terutama di zaman serba cepat.
2. Mengabadikan jejak para penulis yang telah mengubah cara kita memandang dunia.
3. Menjadi teladan bagi generasi baru, bahwa kata-kata yang jujur dan indah tidak akan dibiarkan lenyap.
-000-
Arsitektur Penghargaan: Tiga Lembaga, Empat Penerima
Tahun 2025, melalui Denny JA Foundation, tiga lembaga memberikan penghargaan kepada empat penulis:
1. Satupena Lifetime Achievement Award
– Diselenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena
– Untuk penulis yang pengaruhnya melampaui zaman
– Hadiah: Piagam + Rp50.000.000
2. Dermakata Award (Non-Fiksi & Fiksi)
– Diselenggarakan oleh Lembaga Kreator Era AI
– Untuk penulis aktif 3 tahun terakhir masih menerbitkan buku dengan kontribusi kemanusiaan kuat
– Hadiah: Piagam + Rp35.000.000 per kategori
3. Puisi Esai Award
– Diselenggarakan oleh Komunitas Puisi Esai
– Untuk karya yang memadukan riset sosial & puitika dan berjasa memperkenalkan genre sastra baru: puisi esai
– Hadiah: Piagam + Rp35.000.000
Dewan juri untuk Satupena dan Dermakata Award:
Okky Madasari, Anwar Putra Bayu, Dhenok Kristiadi, Hamri Manoppo, Muhammad Thobroni, Wayan Suyadnya, dan Victor Manengkey.
Mereka mewakili lintas bidang—penulis, akademisi, budayawan—dari Sumatra hingga Papua, memastikan standar objektif dan representatif.
-000-
I. SUTARDJI CALZOUM BACHRI
Satupena Lifetime Achievement Award 2025
Sutardji Calzoum Bachri menerima Satupena Lifetime Achievement Award 2025 atas perannya yang tak tergantikan dalam pembaruan puisi Indonesia.
Melalui gagasannya “puisi adalah mantra,” ia mengembalikan bahasa pada kekuatan purbanya: kata sebagai roh yang bernyanyi, bukan sekadar alat komunikasi.
Lahir di Rengat, Riau, 24 Juni 1941, ia membawa tradisi Melayu—dengan spiritualitas bunyi dan kekuatan lisan—ke panggung modern.
Karya-karyanya seperti O Amuk Kapak dan Tragedi Winka & Sihka merevolusi cara generasi baru menulis dan membaca puisi.
Sutardji menjadikan bahasa Indonesia lebih liat, lebih bebas, lebih bernyawa. Ia bukan hanya penyair besar, tetapi penjaga roh bahasa, yang membukakan jalan bagi ekspresi estetik dan spiritual yang lebih luas dalam sastra Indonesia.
-000-
II. SINDHUNATA
Dermakata Award 2025 – Non-Fiksi
Romo Sindhunata dianugerahi Dermakata Award 2025 kategori Non-Fiksi berkat kemampuannya mengangkat tawa rakyat menjadi pengetahuan yang memuliakan.
Dalam Ilmu Ngglethek dan Opo Jare Tekek, ia menafsir ludruk dan jula-juli sebagai filosofi wong cilik, tawa yang lahir dari luka yang terlalu dalam untuk ditangisi.
Sebagai pastor Yesuit bergelar doktor filsafat dari München, ia memadukan ketelitian akademik dengan empati pastoral.
Tulisan-tulisannya membentangkan jembatan antara filsafat modern, budaya rakyat, dan pergulatan batin manusia sehari-hari.
Sejak 1970-an, ia menulis esai, kolom budaya, dan refleksi sosial yang memperlihatkan bahwa kebijaksanaan tidak hanya lahir dari ruang akademik, tetapi juga dari panggung desa, obrolan warung kopi, dan tawa getir rakyat.
Ia menjaga martabat budaya melalui kesetiaan pada kemanusiaan.
-000-
III. KAISAR DEEM
Dermakata Award 2025 – Fiksi
Kaisar Deem menerima Dermakata Award 2025 kategori Fiksi melalui Jose Kecil dalam Dirimu, sebuah karya yang menggugah ingatan bangsa terhadap luka sejarah.
Ia menuliskan kisah Jose—bocah penyintas Timor Leste—dengan kesederhanaan yang justru memperkuat daya hantam emosinya.
Kaisar memilih jalur realisme sosial yang jujur: tanpa romantisasi, tanpa penyamaran, tanpa hiburan.
Lahir di Makassar tahun 1991, ia dibesarkan oleh koran ayahnya dan suara mesin jahit ibunya. Meski berlatar ilmu ekonomi, ia mengikuti panggilan batin pada kata dan cerita.
Selain menulis, ia menerjemahkan karya akademik penting tentang Rukiah S. Kertapati, sebuah ikhtiar memulihkan suara yang pernah dibungkam sejarah.
Kaisar menulis bukan untuk populer, tetapi untuk menyadarkan. Fiksinya adalah perlawanan sunyi terhadap lupa kolektif.
-000-
IV. FATIN HAMAMA
Puisi Esai Award 2025
Fatin Hamama menerima Puisi Esai Award 2025 karena kemampuannya memadukan riset sosial, spiritualitas, dan empati kemanusiaan dalam bentuk puitik yang mendalam.
Ia juga seorang pejuang dalam memperkenalkan genre sastra baru puisi esai.
Dalam “Puisi dan Bunga Kangkung,” ia menuliskan lorong-lorong kehidupan kota—tepian kali, perut lapar, cinta yang nyaris padam—dengan kelembutan yang justru memperkuat daya gugahnya.
“Mazmur Duka Mazmur Cinta” menghadirkan kisah dua insan tua yang berpulang bersama, memperlihatkan bahwa cinta tidak berakhir pada kematian.
Lahir di Padang Panjang (1967) dan ditempa oleh pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo, ia membawa puisi esai ke panggung internasional sebagai bahasa empati dan diplomasi moral.
Fatin menulis dengan riset, air mata, dan doa—menjadikan puisi esai bukan hanya genre, tetapi jalan menjaga keseimbangan moral dunia.
-000-
Empat nama ini—Sutardji, Sindhunata, Kaisar Deem, dan Fatin Hamama—datang dari generasi berbeda, namun disatukan oleh keyakinan yang sama: kata-kata dapat menyelamatkan sesuatu yang rapuh dalam diri manusia.
Sutardji menjaga roh bahasa.
Sindhunata menjaga tawa dan kearifan rakyat.
Kaisar Deem menjaga ingatan sejarah.
Fatin Hamama menjaga nyala belas kasih.
Melalui Denny JA Foundation, kita menegaskan bahwa penulis tidak dibiarkan berjalan sendirian. Penghargaan ini adalah bentuk hormat bangsa kepada mereka yang menjaga jiwa kita melalui kata.
Selama ada penulis yang menyalakan lentera kata,
Indonesia tidak akan kehabisan cahaya.
Jakarta, 14 November 2025
-000-
Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World
https://www.facebook.com/share/p/1ATYPv7n3k/?mibextid=wwXIfr