Kontroversi Guru Menampar Siswa: Antara Disiplin dan Kebijakan

ORBITINDONESIA.COM – Gubernur Banten Andra Soni mengumumkan kebijakan penting: mengaktifkan kembali Dini Fitri sebagai kepala SMAN 1 Cimarga setelah insiden penamparan siswa yang menimbulkan kontroversi.

Insiden penamparan siswa oleh Kepala SMAN 1 Cimarga, Dini Fitri, sempat mengguncang dunia pendidikan di Banten. Keputusan untuk menonaktifkan Dini Fitri diambil guna menormalkan situasi yang tegang di sekolah, di mana murid-murid menolak masuk kelas. Langkah ini diambil bukan sebagai hukuman, melainkan untuk memulihkan suasana belajar mengajar.

Penonaktifan sementara Dini Fitri menggambarkan tantangan mendasar dalam sistem pendidikan kita. Kebijakan ini mencerminkan dilema antara menegakkan disiplin dan menjaga hubungan baik antara guru dan murid. Data menunjukkan bahwa tindakan disiplin yang melibatkan kekerasan fisik sering kali menimbulkan dampak negatif jangka panjang pada iklim sekolah.

Andra Soni memahami tindakan Dini sebagai upaya menegakkan disiplin. Namun, ada pandangan lain yang melihat ini sebagai kesempatan untuk meninjau ulang pendekatan disiplin di sekolah. Apakah hukuman fisik masih relevan? Penting bagi kebijakan pendidikan untuk beradaptasi dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan efektif.

Kasus ini membuka diskusi penting tentang batasan disiplin dalam pendidikan. Apakah kita siap mengubah paradigma disiplin di sekolah? Ini adalah kesempatan bagi sistem pendidikan untuk belajar dan berkembang, menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan inklusif.

(Orbit dari berbagai sumber, 16 Oktober 2025)