Pasar Saham Teknologi dan AI: Antara Euforia dan Risiko Gelembung

ORBITINDONESIA.COM – Antusiasme terhadap kecerdasan buatan telah mengangkat pasar saham ke rekor tertinggi tahun ini, namun juga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya gelembung.

Sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada 2022, optimisme investor mengenai potensi ledakan AI telah mendorong aliran dana besar-besaran ke saham teknologi. Valuasi saham mencapai tingkat yang tergolong sangat mahal.

Banyak analis dan ekonom mengkhawatirkan bahwa kita mungkin berada dalam gelembung pasar, di mana harga saham naik melampaui nilai sebenarnya. Hal ini mirip dengan gelembung dot-com yang pecah pada tahun 2000.

Kepala Eksekutif JPMorgan Chase, Jamie Dimon, mengakui potensi keuntungan dari AI, namun juga memperingatkan bahwa sebagian dari dana yang diinvestasikan saat ini kemungkinan akan terbuang sia-sia.

Para investor menyadari perbedaan utama dari masa lalu: perusahaan teknologi besar saat ini sebenarnya menguntungkan dan memberikan hasil pendapatan yang kuat. Namun, investor juga harus waspada terhadap risiko koreksi tajam.

Bank of England mengingatkan bahwa valuasi pasar saham, khususnya perusahaan teknologi yang fokus pada AI, tampak berlebihan dan berisiko jika ekspektasi terhadap AI menjadi kurang optimis.

Meskipun ada kekhawatiran tentang potensi gelembung, permintaan terhadap segala hal terkait AI tetap tinggi. Dengan pertumbuhan saham teknologi yang cepat, investor harus siap menghadapi kemungkinan penurunan yang berkepanjangan jika gelembung pecah.

Akankah kita menyaksikan fenomena serupa dengan gelembung dot-com, atau kali ini berbeda? Yang jelas, kehati-hatian dan diversifikasi menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian ini.

(Orbit dari berbagai sumber, 10 Oktober 2025)