Analisis Babo EJB: Jokowi dan Partai, Mencari Presiden Penerus yang Satu Visi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 25 September 2022 19:10 WIB
ORBITINDONESIA - Suka tidak suka, Jokowi berusaha lead dalam proses suksesi presiden. Tentu maksudnya agar presiden berikutnya sama dengan visi dia. Sehingga program yang belum tuntas dia kerjakan bisa dilanjutkan sebagai skala prioritas oleh presiden penggantinya.
Namun yang jadi masalah, Jokowi bukan ketua partai yang punya hak memutuskan siapa yang pantas capres.
Semua tahu secara silent terjadi gerakan politik antara PDIP dengan Jokowi. Kita tidak melihat secara vulgar riak itu. Tapi dari peristiwa politik, kita jadi tahu.
Ada 4 Jokowi man, Eric Thohir, Sandiaga Uno, Ganjar, Muhaimin. Siapapun yang maju, itu sudah lolos strategi Jokowi.
Sandi dicalonkan sebagai Capres oleh PPP. Baru wacana sudah makan korban, ketua umum PPP dijatuhkan oleh Dewan Pembina. Semua tahu, kalau kepemimpinan PPP itu dibawah kendali BG, yang juga orang dekat Megawati.
Muhaimin mencalonkan diri berpasangan dengan Prabowo. itu sudah keluar dari Jokowiman. Ibarat catur, itu sudah terkunci. Duduk manis tampa bisa digerakan lagi oleh Jokowi.
Ganjar yang terlanjur terperangkap dalam lingkaran relawan, terpaksa kehilangan lobi menarik hati Megawati untuk dicalonkan.
Baca Juga: Konversi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik pada 2022 Ditunda, Ini Alasan Pemerintah
Bagi PDIP, pilpres 2024 itu sangat menentukan suksesi di internal PDIP. Megawati tentu tidak mau suksesi itu keluar dari trah Soekarno.
Siapapun jadi Presiden dari PDIP, dia akan menentukan proses suksesi di PDIP. Jadi walau Ganjar orang Jokowi, peluangnya sangat kecil akan dicalonkan PDIP.
Eric jelas kehilangan peluang untuk capres. Karena bebarapa cukongnya milih tiarap akibat sikap PDIP terhadap direksi MIND ID ( Holding Tambang) . Nah kalau Sandi, Eric, Ganjar tidak didukung partai, maka tidak mungkin jadi capres.
Kecuali mereka bisa buktikan punya uang kontan diatas Rp. 10 triliun. Nah kalau ada uang, banyak partai seperti PKB, PPP, Golkar dan PSI mau bergabung dalam koalisi. Kalau engga ada uang, ya sorry aja. Partai tersebut lebih baik cari aman dengan fokus meningkatkan perolehan suara pada Pileg.
Baca Juga: Gagalnya Upaya Perbaikan Pendidikan di Indonesia
Sementara sumber daya keuangan konglomerat kini lebih banyak tiarap. Mereka sedang bersiap siap sekoci menghadapi resesi global tahun depan.
Dan lagi mereka termasuk yang tidak bersemangat dengan UU Cipta Kerja. Cukong yang masih punya uang, ada di kubu Golkar.
Masalahnya Golkar tidak pernah dianggap PDIP itu teman sejati. Yang teman itu ya SBY dan JK. Ini masalah serius bagi PDIP.
Saran saya kepada PDIP, sebaiknya lakukan konsolidasi dengan Jokowi. Gimanapun dia presiden. Jokowi engga minta banyak. Dia hanya ingin didengar aja sarannya. Calonkan Ganjar, itu aja.
(Oleh: Babo EJB)