Harga Bitcoin Cs Terkoreksi Jelang Pidato Powell di Simposium Jackson Hole

ORBITINDONESIA.COM – Pasar kripto mengalami tekanan signifikan pada Rabu 20 Agustus, menjelang rilis minutes meeting FOMC Juli dan pidato Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole 22 Agustus ini.

Bitcoin turun 3,2 persen menyentuh level harga $113.000, Ether terkoreksi 5,3 persen ke area $4.100, sementara altcoin seperti ADA, SEI, PENGU, dan POL terkoreksi lebih dari 6 persen dalam 24 jam terakhir.

Saham perusahaan terkait kripto, termasuk MARA, COIN, dan MSTR, juga turut terkoreksi lebih dari 5 persen seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar kripto. Meskipun secara umum, pasar saham AS relatif lebih stabil, dengan Dow ditutup flat, S&P 500 turun 0,59 persen, dan Nasdaq melemah hampir 1,5 persen.

Fahmi Almuttaqin, analis Reku menilai kecemasan pasar terutama dipicu oleh beberapa faktor yang mengindikasikan bahwa peluang pemotongan suku bunga The Fed pada September bisa tertunda.

Faktor-faktor tersebut meliputi tekanan tarif yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi lebih tinggi, yang didukung oleh sinyal dari korporasi-korporasi soal pembebanan biaya tarif ke konsumen, serta sinyal ekonomi campuran antara pelemahan tenaga kerja dan permintaan konsumen yang tetap kuat.

Selain itu, faktor ketidakpastian kebijakan ekonomi pemerintah AS ke depan, dengan indikator ekonomi yang dapat lebih volatil, serta potensi perpecahan internal dalam FOMC menambah alasan bagi Powell untuk mempertahankan sikap hati-hatinya yang telah dijalankan sejauh ini dengan mempertahankan suku bunga di level 4,5 persen sejak Desember 2024, jelas Fahmi.

Situasi saat ini kembali menegaskan korelasi dan pengaruh dinamika kebijakan moneter AS terhadap pasar kripto.

Dengan beberapa situasi yang berpotensi menunda pemangkasan suku bunga, simposium Jackson Hole di mana Jerome Powell akan menyampaikan pidato menjadi panggung krusial yang bisa mempertegas arah tren makro AS.

Jika Powell mengirim sinyal hawkish, tekanan jual di kripto dan saham bisa semakin dalam, sementara volatilitas tetap tinggi. Sebaliknya, kejutan dovish, meskipun kecil kemungkinannya untuk terjadi, bisa menjadi katalis bagi rebound cepat.

"Bagi investor, periode ini menuntut kejelian dan kehati-hatian lebih dengan manajemen risiko yang ketat, sambil memanfaatkan potensi peluang akumulasi jika koreksi berlanjut,” imbuhnya.

Menurut analisis DataTrek, S&P 500 secara historis mencatat kenaikan sekitar 0,9 persen dalam lima hari perdagangan sebelum dan sesudah pidato The Fed di Jackson Hole. Namun tahun ini, pasar belum mengikuti pola ini, yang membuka potensi momentum rebound setelah acara tersebut.

“Investor sepertinya sedang mengambil langkah antisipatif terhadap potensi sinyal negatif dari The Fed bahwa kenaikan inflasi kembali dianggap mengkhawatirkan imbas kebijakan tarif AS yang mulai semakin berdampak. Namun, terlepas dari tekanan dari sisi kebijakan perdagangan dan ketidakpastian arah kebijakan moneter, sejarah menunjukkan bahwa momentum bullish sering kembali pasca-Jackson Hole,” kata Fahmi.

Bagi investor, strategi yang dapat dilakukan ialah memantau reaksi pasar setelah pidato Powell, langkah defensif dengan menjaga eksposur di sektor-sektor strategis dan siap pivot jika sinyal dovish muncul.

“Pengelolaan dana yang lebih aktif secara jangka pendek dapat menjadi strategi yang menarik. Akan tetapi bagi investor yang mengadopsi strategi buy & hold secara jangka panjang, momentum koreksi juga menarik untuk dimanfaatkan sebagai peluang buy the dip, kami melihat level $112.000 pada Bitcoin sebagai level support yang cukup krusial yang apabila dapat bertahan berpotensi kuat dapat menjaga tren positif yang ada,” lanjutnya.

Sementara bagi investor pemula, kondisi saat ini dapat investor dapat menjadi momentum untuk terus melakukan Dollar Cost Averaging (DCA) atau berinvestasi rutin.

“Dalam melakukan DCA, investor pemula juga perlu mendiversifikasikan asetnya. Misalnya di aset crypto, perlu mendiversifikasi ke sejumlah koin potensial. Oleh karena itu, investor bisa memanfaatkan fitur yang memudahkan diversifikasi," tutur Fahmi. 

"Seperti Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya dalam sekali swipe. Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis, dan optimal,” jelasnya.***