Perusahaan Asal Indonesia, Koltiva Bantu Thailand Menjamin Rantai Pasok Karet Bebas Deforestasi

ORBITINDONESIA.COM - Perusahaan teknologi pertanian (agritech) Koltiva, yang lahir di Indonesia dan kini beroperasi secara global, menjadi mitra strategis GT Rubber Thailand guna memastikan rantai pasok karet bebas deforestasi.

“Untuk tetap dapat mengakses pasar internasional, kita harus melakukan hal nyata dan mulai membangun sistem yang menghasilkan data lapangan yang dapat diverifikasi dan ditindaklanjuti,” kata CEO dan Co-Founder Koltiva, Manfred Borer dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 12 Agustus 2025.

Dalam kerja sama ini, GT Rubber mengadopsi sistem digital Koltiva untuk memverifikasi legalitas lahan, menilai risiko deforestasi, dan menghubungkan data dari tingkat petani langsung ke transaksi pasok.

Dengan cara itu, kata dia, rantai pasok karet diupayakan memenuhi regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR).

Sistem ini disebut memungkinkan pemantauan waktu nyata dan deteksi risiko dini, sekaligus mempersiapkan integrasi dengan EU Information System (EUIS), yang mewajibkan pelaporan geolokasi dan due diligence mendalam.

Hingga kini 15.000 lahan karet di Thailand telah dipetakan dalam bentuk poligon dan 4.500 petani diverifikasi melalui analisis geospasial, pemeriksaan hak lahan, dan penilaian risiko deforestasi.

Seluruh data tersebut terhubung ke Sistem Informasi Manajemen (MIS) terpusat guna mendukung pelacakan rinci dan meningkatkan transparansi rantai pasok.

“Bagi pelaku usaha, kemampuan untuk menunjukkan ketertelusuran hingga ke tingkat petani kini menjadi bagian penting dari ketahanan jangka panjang. Ini bukan sekadar soal mematuhi aturan hari ini, tapi memastikan rantai pasok kita mampu beradaptasi dengan ekspektasi masa depan,” ucap Manfred.

Selain pemetaan lahan, kemitraan itu juga memberikan pelatihan kepada sekitar 200 mitra rantai pasok. Pelatihan ini menggabungkan literasi regulasi dengan penerapan praktis di lapangan, dilengkapi dengan panduan langsung serta evaluasi sebelum dan sesudah pelatihan untuk mengukur pemahaman mereka terhadap EUDR dan praktik ketertelusuran.

Kolaborasi ini diharapkan dapat membangun sistem menyeluruh yang mampu merekam, memverifikasi, dan memantau produksi karet dari petani kecil hingga tahap ekspor.***