DECEMBER 9, 2022
Internasional

India Menentang Peringatan Sekjen NATO Mark Rutte Terkait Sanksi AS ke Rusia

image
(Kiri ke kanan) Menlu Rusia Sergey Lavrov, Presiden UAE Sheikh Mohamed bid Zayed al-Nahyan, Presiden RI Prabowo Subianto, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, PM India Narendra Modi, PM China Li Qiang, PM Etiopia Abiy Ahmed, PM Mesir Mostafa Madbouly dan Menlu Iran Abbas Araghchi berfoto bersama dalam KTT BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu, 6 Juli 2025. (ANTARA FOTO/HO/Biro Pers-Muchlis jr/wpa/foc.)

ORBITINDONESIA.COM - India pada Kamis, 17 Juli 2025 menepis peringatan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte bahwa Brasil, China, dan India dapat dikenai sanksi AS jika mereka mempertahankan perdagangan dengan Rusia.

"Kami telah melihat laporan mengenai hal ini dan terus memantau perkembangannya... mengamankan kebutuhan energi rakyat kami tentu saja merupakan prioritas utama bagi kami," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal dalam konferensi pers di New Delhi.

"Dalam upaya ini, kami berpedoman pada apa yang ditawarkan di pasar dan kondisi global yang berlaku," katanya.

Baca Juga: Presiden Brasil Lula da Silva Kecam Kebijakan Anggaran NATO yang Picu Perlombaan Senjata

"Kami secara khusus memperingatkan agar tidak menerapkan standar ganda dalam masalah ini," tambah Jaiswal.

Setelah bertemu dengan Presiden AS Donald Trump awal pekan ini, Rutte mengatakan kepada para wartawan: "Presiden Trump pada dasarnya mengatakan, jika Rusia tidak serius dalam perundingan damai (di Ukraina), dalam 50 hari, dia akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap negara-negara seperti India, China dan Brasil."

Trump pada Senin, 14 Juli 2025 mengancam akan mengenakan tarif sekunder 100 persen terhadap Rusia jika kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina tidak tercapai dalam 50 hari.

Baca Juga: Sekjen NATO Mark Rutte Berharap China, India, Brasil Menekan Rusia Terkait Tarif Trump

Pada Rabu, 16 Juli 2025, Beijing menolak peringatan Rutte, dengan mengatakan "dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan keluar yang layak dari krisis (Ukraina)."

"China menentang sanksi sepihak dan yurisdiksi jangka panjang. Perang tarif tidak memiliki pemenang (dan) paksaan serta tekanan tidak akan menghasilkan apa-apa," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing.***

Berita Terkait