DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Penelitian di Australia Ungkap Bagaimana Virus COVID-19 Terus Berevolusi

image
Ilustrasi - Virus (Foto: Kementerian Kesehatan)

ORBITINDONESIA.COM -- Para peneliti Australia pada Selasa, 10 Juni 2025 memublikasikan temuan baru yang mengungkap bagaimana SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, berevolusi dengan begitu cepat, memberikan wawasan penting yang dapat membantu memprediksi dan memerangi varian-varian di masa depan.

Para peneliti dari University of New South Wales (UNSW) melacak evolusi genetik SARS-CoV-2 selama lima tahun dengan menyebarkan secara berkesinambungan 11 sampel dari sembilan varian utama, termasuk Alpha, Delta, dan Omicron, untuk mengamati bagaimana virus bermutasi dari waktu ke waktu, menurut publikasi UNSW Sydney.

Dengan mempelajari virus dalam lingkungan yang terkontrol, para peneliti dapat mengamati jalur evolusi alaminya tanpa variabel yang tidak dapat diprediksi dari infeksi di dunia nyata, kata Charles Foster, penulis utama studi dari Fakultas Ilmu Biomedis UNSW.

Baca Juga: Luhut Binsar Pandjaitan Ungkap Semangat Kerja Menhub Budi Karya Sumadi Meski Terkena COVID-19

Pendekatan ini membantu mengantisipasi mutasi mana yang mungkin muncul berikutnya, memungkinkan para ilmuwan dan pejabat kesehatan masyarakat untuk mempersiapkan vaksin dan perawatan dengan lebih baik, jelas Foster.

"Dengan mengembangkan virus selama beberapa generasi dalam lingkungan laboratorium yang terkontrol, kita dapat mengamati bagaimana virus berevolusi tanpa pengaruh sistem kekebalan tubuh atau pengobatan. Hal ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai jalur evolusi alaminya," ujarnya.

Studi tersebut menemukan bahwa SARS-CoV-2 terus berevolusi dan mengakumulasi mutasi bahkan setelah 100 generasi di laboratorium, dengan beberapa mutasi yang berulang kali muncul pada galur yang berbeda, sebuah pola yang dikenal sebagai evolusi konvergen, seperti tertulis dalam rilis itu.

Baca Juga: China Temukan Virus Corona Kelelawar yang Berisiko Menular ke Manusia, Mirip Virus COVID-19

Banyak mutasi ditemukan pada protein lonjakan (spike protein), yang membantu virus menginfeksi sel manusia, tetapi bagian lain dari virus juga berubah, dan terkadang bahkan lebih cepat.

Hal yang penting, beberapa mutasi ini sudah diketahui menyebabkan vaksin tertentu menjadi kurang efektif, kata penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Virology itu.

"Kami telah membuat semua data pengurutan kami tersedia secara gratis sehingga peneliti lain dapat menggali lebih dalam, membandingkannya dengan sampel klinis, dan mudah-mudahan mengungkap lebih banyak hal tentang bagaimana virus ini berevolusi," kata Foster, seraya menambahkan bahwa memahami pola-pola evolusi ini sangat penting untuk terus mengikuti perkembangan COVID-19 dan mempersiapkan diri untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya.***

Sumber: Xinhua

Berita Terkait