DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Ketika Revolusi Memakan Anak-anaknya Sendiri

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

-000-

Aku mulai takut padanya.
Pada Jean-Baptiste yang dulu aku cintai sebagai saudara.
Pada kata-kata yang dulu aku anggap suci.
Pada kebebasan yang kini beraroma darah.

Ia membakar Vendée,
menebas siapa pun yang berdoa dalam sunyi.

Biara menjadi abu.
Lonceng gereja berhenti berbunyi.
Hanya suara guillotine yang bergema di udara.

Tiga puluh ribu mati di tangan pasukan revolusi,
wanita dan anak-anak tenggelam di Loire,
dengan batu diikat di leher mereka.

“Demi Republik,” kata Jean-Baptiste.

Aku bertanya padanya,
“Apakah ini revolusi yang kita impikan?”
Ia hanya menatapku,
“Revolusi tidak menunggu air mata.”

-000-

Lalu giliran Jean-Baptiste tiba.
Pada bulan Juli 1794, roda sejarah berputar lagi.
Robespierre jatuh,
dan dengan dia, seluruh tangan kanannya.

Aku melihatnya di dalam penjara,
kini hanya bayangan seorang pria yang dulu percaya pada kebebasan.

Halaman:

Berita Terkait