DECEMBER 9, 2022
Puisi

Cerpen Rusmin Sopian: Doa yang Teraniaya 

image
Ilustrasi doa yang teraniaya (Foto: satrio)

ORBITINDONESIA.COM - Malam semakin menjauh. Lolongan anjing hutan liar pun terdengar lirih. Hampir-hampir tak berdesis. cahaya rembulan pun mulai enggan mengibarkan sinarnya yang indah.

Malam semakin hening. Sehening hati lelaki yang tiap hari berbaju safari. Suaranya amat religi. Panjatkan doa kepada Sang maha Pencipta.

"Ya, Allah, yang Maha Pengasih. Ampuni dosa-dosa kami dan dosa-dosa pemimpin kami yang telah tersesat dan menyesatkan kami dalam hidup," ujarnya dengan nada suara yang sangat dalam sambil tengadahkan kedua tangannya.

Baca Juga: Rusmin Sopian: Kebangkitan Kebermajuan

"Ampunilah kesalahannya dan luruskan jalan pikirannya ke jalan yang lurus," lanjut lelaki itu di keheningan malam.

Sementara di tempat yang berbeda doa yang senada pun dipanjatkan oleh lelaki yang sehari-hari pun selalu mengendarai mobil plat merah.

"Ya, Allah luruskan pikiran pemimpin kami dari kesesatan duniawi. Ampunilah segala dosanya," doanya dalam keheningan malam.

Baca Juga: Penulis A.S. Laksana: Tiga Hal Penting dalam Penulisan Cerpen

Para lelaki pengemban amanah itu amat tidak menyangka bila kesetiaannya kepada pemimpin harus berbuah pahit. Tidak menyangka sama sekali. 

Mereka sama sekali tak menyangka, di balik kereligiusan sang pemimpin terselip sebuah kerakusan besar yang tak dapat mereka bayangkan sebelumnya sebagai bawahan. 

Mereka sama sekali tak menyangka. Sama sekali tak menyangka. Apalagi selama ini, di mata publik, pemimpin mereka dikenal sebagai orang yang religius dan sederhana serta disiplin dalam bekerja.

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Matkuteng, Penjagal dari Kampung Selatan 

"Memang benar sekali, Bung. Kesederhanaan tak menjamin seseorang akan rakus dan kemaruk akan harta," ujar lelaki itu saat mereka bertemu di waktu istirahat jam kantor.

Halaman:

Berita Terkait