Oleh Ben Adriansah*
ORBITINDONESIA.COM - Sektor pendidikan tinggi memiliki peranan penting dalam memadukan bangsa, baik dari sisi ekonomi dan sosial budaya.
Namun tidak sektor tersebut saja aspek lain seperti aspek politik, geostrategis dan sosial budaya serta pertahanan dan keamanan juga dapat dilibatkan.
Hasil dari pendidikan tinggi tersebut adalah para sarjana yang menguasai disiplin ilmu masing-masing. Pendidikan tinggi ini dapat berupa univesitas, akademi, institut dan sekolah tinggi.
Dalam pada itu presiden kedua republik Indonesia Haji Muhammad Soeharto juga tidak luput perhatiannya dalam sektor pendidikan tinggi di awali dengan melibatkan para menteri dalam kabinet pembangunan pertama hingga ketiga yang selalu melibatkan hampir lima puluh persen pemangku jabatan menteri adalah para sarjana baik kecamatan domestik maupun internasional.
Perhatian Soeharto ini juga didukung berbagai kapasitas yakni para teknokrat/ahli dalam bidang pendidikan tinggi seperti Daud Yoesoef sampai Wardiman Joyonegoro.
Baca Juga: Manuel Kaisiepo: Soeharto...
Dalam pada itu upaya untuk mengabadikan tokoh nasional yang disematkan di universitas bukanlah barang baru di negeri ini.
Di Indonesia ada Univesitas Bung Karno di Jakarta dan Universitas Bung Hatta di Kota Padang, Sumatra Barat.
Sudah saatnya nama Haji Muhammad Soeharto dikombinasikan dengan sebuah univesitas seperti universitas H. Muhammad Soeharto.
Baca Juga: Andre Vincent Wenas: PSI dan Gosip Partai Berkarya, Tommy Soeharto dan Keluarga Cendana
Terlepas dari beberapa unsur negatif pada saat Soeharto menjabat sebagai presiden mulai dari 1969 hingga 1998, tidak sedikit jasa beliau yang akan menjadi pelajaran bagi generasi muda (Gen Z) agar terus mengingat nama H. Muhammad Soeharto.
Kedepannya bila universitas H. Muhammad Soeharto terwujud, akan menjadi lokomotif untuk penetrasi antara calon mahasiswa yang tidak mampu namun berprestasi dapat disalurkan sebagai pionir bagi seluruh institusi pendidikan tinggi yang ada di negeri ini baik negri ataupun swasta.
Persentase antara komersial dan sosial haruslah berimbang. Unsur sosial ini janganlah dijadikan hanya pelepas Tanya apakah sebuat institusi pendidikan tinggi memiliki aspek sosial atau tidak.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Tanri Abeng, Pengusaha dan Mantan Menteri Era Soeharto dan Habibie Meninggal Dunia
Universitas H. Muhammad Soeharto ini sudah pasti akan didukung oleh para simpatisan beliau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Kategori para simpatisan ini juga bervariasi, ada yang multak menerima kebaikan beliau secara langsung seperti mendapat beasiswa dari berbagai yayasan yang dipimpinnya seperti yayasan Supersemar, yang sering memberikan beasiswa kepada mahasiswa tidak mampu tetapi memiliki prestasi atau tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi.
Tidak hanya itu, yayasan lain seperti Yayasan Dakab/dana kesejahteraan angkatan bersenjata dan juga berbagai yayasan lainnya tidak luput menyisihkan 20 persen dari keuntungan masing-masing yayasan tersebut untuk disalurkan pada sektor pendidikan tinggi.
Distribusi beasiswa ini hampir dikategorikan merata karena ada sebuah lingkungan mahasiswa penerima beasiswa dari yayasan supersemar.
Setelah Soeharto tidak lagi menjabat sebagai presiden pun berbagai yayasan di bawah naungannya masih menyalurkan bantuan beasiswa kepada mahasiswa yang berkategori tidak mampu. ***
*Ben Adriansyah ialah penggagas universitas H. Muhammad Soeharto.