DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Dokter Cut Nurul Hafifah Jelaskan Dampak Stunting pada Anak Bisa Sebabkan Postur Tubuh Pendek

image
Anggota Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI dr. Cut Nurul Hafifah, SpA(K) (kiri) saat diskusi daring di Jakarta, Selasa. (ANTARA/ Putri Hanifa)

ORBITINDONESIA.COM - Anggota Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, Dokter Cut Nurul Hafifah menjelaskan, tidak semua anak yang memiliki postur tubuh pendek menderita stunting. Tetapi semua anak stunting dipastikan memiliki badan pendek, sehingga pemantauan tinggi dan berat badan perlu dilakukan tenaga medis untuk mengidentifikasi sejak dini.

"Banyak sekali orang tua yang ketika datang ke fasilitas kesehatan hanya ditimbang berat badan, tetapi tidak diukur panjang badan atau tinggi badannya, kata Cut Nurul Hafifah, dokter spesialis anak tersebut saat diskusi daring di Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024.

"Jadi kita sebagai orang tua, kalau datang ke fase kesehatan minta ukur berat badan dan juga panjang badannya," kata Cut Nurul Hafifah.

Baca Juga: Kabupaten Bangka Selatan Raih Nilai Tertinggi Penanganan Stunting se-Bangka Belitung

Stunting bisa terjadi pada periode seribu hari pertama kehidupan, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun.

Dokter Nurul menekankan pentingnya perhatian pada gizi ibu selama hamil dan pada saat anak lahir, termasuk pemberian ASI eksklusif serta makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat.

Jika stunting tidak segera ditangani, dampaknya akan mengakibatkan siklus “lingkaran setan” malnutrisi yang berlanjut dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Kabupaten Kepulauan Seribu Evaluasi Capaian Stunting dalam Upaya Turunkan Angka Kasus Akibat Kurang Gizi

Anak yang mengalami stunting berisiko menjadi remaja dan dewasa dengan malnutrisi yang tinggi, yang pada akhirnya juga akan melahirkan generasi baru dengan risiko stunting.

Stunting juga berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Berdasarkan penelitian, anak yang mengalami stunting memiliki rata-rata IQ sekitar 70, yang hanya memungkinkan pendidikan maksimal hingga SMP.

Di samping itu, anak stunting berisiko mengalami gangguan metabolisme yang dapat mengarah pada obesitas, diabetes, dan hipertensi saat dewasa.

Baca Juga: BRIN Kembangkan Riset Tanaman Lidah Buaya untuk Ketahanan Pangan dan Pencegahan Stunting

Faktor lingkungan juga berperan dalam pencegahan stunting, seperti kebersihan, akses jalan, serta edukasi mengenai nutrisi, ASI, dan MPASI.

Ia juga mengimbau pemerintah untuk mendukung investasi pada edukasi gizi serta imunisasi yang diperlukan guna menghindari infeksi yang menghambat pertumbuhan anak.

Pemantauan berat badan anak secara akurat juga dianggap penting, terlebih setiap kunjungan ke posyandu harus mencakup penimbangan dan pengukuran tinggi atau panjang badan dengan prosedur yang benar, terutama pada anak usia di bawah dua tahun.

Baca Juga: Sulawesi Barat Raih Penghargaan Bantuan Pangan dari BPN Karena Sukses Atasi Stunting

Orang tua juga diingatkan untuk mencatat perkembangan anak di buku Kesehatan Ibu dan Anak, sehingga pertumbuhan mereka dapat diikuti secara teratur sesuai dengan kurva WHO.

"Setiap orang tua harus memantau pertumbuhan anaknya, memasukkan plotting ke buku Kesehatan Ibu dan Anak. Di situ ada kurva pertumbuhan WHO, di situ bisa dicatat, kemudian dipantau apakah anak ini tumbuh sesuai dengan potensinya," ungkapnya.***

Berita Terkait