DECEMBER 9, 2022
Nusantara

Upaya Hidupkan Ekowisata di Desa Matotonan, Mentawai Sumatra Barat Masih Hadapi Tantangan

image
Warga Desa Matotonan, di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. (Foto: Koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM - Ekowisata telah menjadi tren global beberapa tahun terakhir ini, sebagai alternatif pariwisata yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu desa yang berpotensi adalah Desa Matotonan, di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.

Desa ini terkenal dengan keindahan alamnya yang masih alami serta budaya lokal yang kuat. Ekowisata di Desa Matotonan tidak hanya berpotensi untuk melestarikan lingkungan, tetapi juga dapat menjadi sumber penghidupan yang penting bagi masyarakat setempat. Namun, penerapannya menghadapi berbagai tantangan.

Salah satu manfaat terbesar dari ekowisata di Desa Matotonan adalah pelestarian alam. Hutan hujan tropis yang mengelilingi desa ini merupakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna endemik yang terancam punah, seperti orangutan Mentawai.

Baca Juga: Negeri Rutong Kota Ambon Kembangkan Ekowisata Sagu untuk Jaga Ketahanan Pangan dan Daya Tarik Wisata

Melalui ekowisata, wisatawan diajak untuk menghargai dan menjaga kelestarian alam tersebut. Selain itu, pendapatan dari kegiatan pariwisata dapat dialokasikan untuk program konservasi, sehingga lingkungan tetap terjaga untuk generasi mendatang.

Selain manfaat lingkungan, ekowisata juga memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal. Penduduk desa dapat terlibat dalam berbagai kegiatan wisata, seperti menjadi pemandu wisata, menyediakan akomodasi, atau menjual kerajinan tangan khas Mentawai. Dengan demikian, ekowisata mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat tanpa merusak alam yang menjadi tumpuan hidup mereka.

Meskipun memiliki banyak potensi, ekowisata di Desa Matotonan memiliki keterbatasan infrastruktur. Akses menuju desa ini masih cukup sulit karena letaknya yang terpencil. Selain itu, fasilitas penunjang seperti penginapan dan transportasi masih minim, sehingga menyulitkan wisatawan untuk berkunjung.

Baca Juga: Sandiaga Uno Luncurkan Masterplan Daya Tarik Wisata di Destinasi Super Prioritas

Tantangan lainnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat lokal tentang konsep ekowisata. Beberapa penduduk masih menganggap ekowisata sama dengan pariwisata massal yang sering kali merusak lingkungan.

Padahal, ekowisata justru bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara wisata dan pelestarian alam. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya ekowisata dan cara mengelolanya secara berkelanjutan perlu ditingkatkan.

Walaupun demikian, Desa Matotonan memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi ekowisata yang sukses. Contohnya, beberapa wisatawan yang telah berkunjung menyatakan kepuasan mereka terhadap pengalaman otentik yang mereka dapatkan, mulai dari trekking di hutan tropis hingga mengenal kehidupan masyarakat adat Mentawai. Ini menunjukkan bahwa jika dikelola dengan baik, Desa Matotonan dapat menjadi contoh model ekowisata yang berkelanjutan.

Baca Juga: Jakarta Barat Perkenalkan Empat Destinasi Wisata Menyambut Hari Ekonomi Kreatif Nasional

Ke depan, pemerintah daerah dan masyarakat lokal perlu bekerja sama untuk mengatasi hambatan yang ada. Peningkatan infrastruktur, seperti jalan akses dan fasilitas wisata, serta pelatihan bagi masyarakat dalam mengelola ekowisata, adalah langkah-langkah yang harus diambil.

Dengan demikian, Desa Matotonan dapat terus berkembang sebagai destinasi ekowisata yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga kekayaan alam dan budaya lokal.

Desa Matotonan memiliki potensi untuk menjadi salah satu destinasi ekowisata terbaik di Indonesia, sekaligus menjaga kekayaan alam dan budayanya yang unik.

(Oleh Faaiz Naufal Syahputra) ***

Berita Terkait