Catatan Denny JA: Negaraku Hilang, Kekasihku Sirna
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Senin, 23 September 2024 08:18 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Prahara politik di tahun 1960-an mengguncang Indonesia. Asnawi, seorang pemuda penuh harapan, belajar di Moskow, kehilangan dua hal yang ia cintai: negaranya dan kekasihnya.
---
Musim dingin di Praha,
salju turun perlahan, menutupi jejak-jejak yang hilang.
Namun, ada luka yang tak ikut lenyap,
luka karena hilangnya negara,
luka karena sirnanya cinta.
Baca Juga: Swary Utami Dewi: Catatan Politik Kebinekaan untuk Bang Trisno S. Sutanto.
Luka itu mengendap di hati.
Duri mengiris dalam diam,
tak terlihat tapi selalu ada.
Sejauh itu daun melayang,
seperih itu jerit anak rusa yang tersesat,
terlupakan di antara pepohonan waktu.
Langkah hilang, suara tenggelam,
sejarah menjadi hutan yang penuh duri dan jalan buntu.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Di Kereta Itu, Tak Ditemukannya Sepasang Mata Bola
Tahun 60-an.
Bintang-bintang bersinar di hati Asnawi,1
di dalamnya, ia melihat masa depan.
Ia terpilih,
sayapnya terbentang,
Bung Karno mengirimnya ke Moskow,
untuk menimba ilmu,
bekal membangun negeri,
tanah yang ia cintai seperti darah dalam nadinya.
Saat itu, semuanya terasa mungkin.
Ia yakin, tanah air menantinya,
dan kekasih yang setia menunggu di ujung senja.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Revolusi Kreativitas Bersama Artificial Intelligence (1)
Di bawah pohon kamboja,
Nirmala menaruh bunga di tangannya.
"Kakak, aku menunggumu pulang,"
suaranya lembut, sehalus angin yang menyapu dedaunan.