Megawati di Kampus St. Petersburg University: Artificial Inteligence Tidak Boleh Mengabaikan Kebenaran dan Etika
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 18 September 2024 18:57 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menyatakan pentingnya pemerintahan negara-negara di dunia memastikan bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) tak boleh mengabaikan kebenaran dan etika kemanusiaan.
Menurutnya, dunia dihadapkan kepada ketidakpastian akibat pertarungan geopolitik, perang dagang, perebutan sumber daya strategis, dan persaingan teknologi.
“Dalam perang hegemoni tersebut, banyak yang mengkhawatirkan pemakaian artificial intelligence untuk keperluan perang yang mengancam peradaban,” kata Megawati dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 18 September 2024.
Ia tak menampik perkembangan AI memang luar biasa. Kecerdasan buatan itu menawarkan peningkatan produktivitas, efisiensi, daya saing, pengurangan human error, dan menghasilkan akurasi tinggi di dalam menyelesaikan berbagai persoalan di bidang kesehatan, pertanian, transportasi, industri manufaktur, pendidikan, dan lain sebagainya.
Begitu pesatnya perkembangan AI, kata Megawati, sampai ada yang membayangkan bahwa daya cipta yang menjadi otoritas Tuhan bisa dipindahkan ke ranah manusia melalui kemajuan AI.
“Bisa dibayangkan, jika manusia hidup dalam suatu sistem yang dipenuhi ‘manusia robotyang serba ber-algoritma dan mengambil keputusan atas dasar rasionalitas program kecerdasan buatan, disertai olahan big data,” ujar Megawati.
Baca Juga: Megawati Pimpin Upacara 17 Agustus di Sekolah Partai PDI Perjuangan Jakarta: Dihadiri Ribuan Kader
“Sementara manusia itu lahir secara alami, lengkap dengan emosi dan perasaannya. Dalam berbagai film futuristik, revolusi AI menciptakan bio-human robotic."
“Bisa dibayangkan jika lahir manusia buatan tanpa melalui proses reproduksi yang natural sebagai karya Ilahi. Kegelisahan atas masa depan AI yang menggantikan peran manusia ini banyak diungkapkan.”
“Terlebih dengan keputusan otonomnya yang bisa mengabaikan etika kemanusiaan dan hati nurani menciptakan ancaman bagi umat manusia,” tambahnya.
Baca Juga: Akan Ada Pertemuan Megawati dan Prabowo Sebelum Pelantikan
Dia mengatakan kegelisahan itu tampak nyata ketika dalam berbagai kejadian, termasuk Pemilu di Indonesia muncul pemakaian AI berkait berita bohong, hoaks, dan social engineering lainnya, hingga menciptakan tiruan ucapan manusia yang nyaris sempurna.
“Sebelum saya berangkat ke sini, sebagai presiden wanita, saya digambarkan menyanyi. Luar biasa dibuat sedemikian rupa suara saya bisa sama. Padahal itu sedang rapat.”
“Tapi saya juga bertanya, bagaimana kalau semua (kemampuan AI) itu lalu digunakan untuk tujuan lain? Hanya diperlakukan demi kekuasaan dan hawa nafsu manusia misalnya. Bagaimana kalau kemampuan AI begitu digunakan untuk penjajahan lagi?” katanya.
Ia lalu memberi contoh kejadian di Inggris baru-baru ini. Di mana berbagai kerusuhan sosial, radikalisme, dan ekstrimisme akibat berita palsu (fake news) berbasis AI beredar.
“Kesemuanya menjadi tanda peringatan serius ketika teknologi mengabaikan kebenaran dan etika kemanusiaan,” katanya.
Megawati berharap para akademisi di seluruh dunia dapat mengarahkan pengembangan AI yang mendengarkan gelora kemanusiaan yang kuat.
“Semoga melalui forum yang sangat bergengsi ini, kolaborasi riset dan pendidikan yang berpijak pada gelora kemanusiaan akan bergema kuat. Kemajuan teknologi termasuk AI harus dibingkai pada upaya meningkatkan peradaban, membangun keharmonisan sosial, dan hubungan antar bangsa yang lebih berkeadaban,” katanya. ***