DECEMBER 9, 2022
Buku

The Strongman Karya Gideon Rachman dan Fascism Karya Madaleine Albright, Buku Bagus untuk Pahami Dilema Politik

image
Buku The Strongman karya Gideon Rachman (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - The Strongman karya Gideon Rachman dan Fascism dari Madeleine Albright adalah dua buku bagus yang harus dibaca untuk memahami dilema politik dunia pada masa kini. 

Kedua buku ini menjadi cermin yang memantulkan ambiguitas dunia politik. Pada satu sisi, rakusnya manusia pada kekuasaan. Pada sisi lain, kerapuhan manusia karena godaan kekuasaan itu sendiri. Meski pesannya hampir sama, kedua pengarang itu berbeda dalam cara mereka menelusuri jalan-jalan gelap politik yang bisa membawa dunia ke jurang kehancuran.

Di tangan Rachman, strongman muncul bagaikan sosok perkasa, berdiri di tengah badai krisis ekonomi, menggenggam janji stabilitas yang dinanti-nanti oleh rakyat yang dilanda kecemasan. Pemimpin ini menyalahgunakan sistem demokrasi, bersuara keras dan tegas, memikat massa yang lapar akan perubahan.

Baca Juga: The Idiot Brain, Buku Karya Ahli Saraf Dean Burnett tentang Pengendalian Pikiran dan Kesehatan Mental

Sang pemimpin alias the strongman akan berseru, “Aku akan menyelamatkanmu,” namun di balik jubah kekuatan itu, tersembunyi pedang yang siap merobek institusi demokrasi, meruntuhkan kebebasan yang selama ini dijaga.

Rachman melihat bagaimana dunia modern, dengan globalisasi yang merenggut pekerjaan dan menciptakan kesenjangan, membuka jalan bagi mereka yang mengklaim diri sebagai pelindung rakyat.

Mereka hadir dengan janji yang memesona, namun di setiap langkah, mereka menghancurkan apa yang dulu dibangun: kebebasan pers, hukum yang adil, hak untuk memilih. Dalam dunia Rachman, strongman bukanlah tiran yang memaksa, melainkan sosok yang disambut dengan tangan terbuka, hingga akhirnya merampas segalanya.

Baca Juga: SATUPENA Akan Terbitkan Buku Kumpulan Esai, Puisi, Puisi Esai, dan Cerpen Tentang Pilkada 2024

Albright membawa kita ke lorong-lorong pengalaman masa lalunya, ke dunia di mana fasisme pertama kali muncul, membawa kengerian yang membakar bumi. Fasisme, dalam pandangan Albright, bukan sekadar ideologi yang ditandai dengan kekerasan dan perang, melainkan racun yang perlahan menyebar melalui retorika kebencian, pembatasan kebebasan, dan janji kekuatan yang palsu.

Fasisme lama datang dengan parade, simbol, dan slogan yang memekakkan telinga, namun, kata Albright, fasisme baru lebih halus, lebih licik, merayap melalui celah-celah ketakutan dan ketidakpuasan.

Albright memperingatkan bahwa fasisme bukanlah kenangan masa lalu. Ia hadir dalam wujud baru, merasuki dunia yang lelah dengan ketidakpastian.

Baca Juga: Denny JA: SATUPENA Merayakan Kemerdekaan Indonesia dengan Menulis Buku Bersama 40 Penulis dari Sumatra Sampai Papua

Fasisme modern tidak selalu mengenakan seragam atau menyulut perang, tetapi menggerogoti fondasi demokrasi dengan membatasi kebebasan berbicara, menumbuhkan kebencian pada minoritas, dan memanipulasi ketakutan akan perubahan. Dalam dunia Albright, fasisme adalah bayangan gelap yang terus mengintai, siap bangkit kapan saja saat dunia lengah.

Halaman:
Sumber: WhatsApp grup Esoterika

Berita Terkait