China Kritisi Dana Bantuan Militer 500 Juta Dolar AS dari Amerika Serikat ke Filipina
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 01 Agustus 2024 06:38 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian mempertanyakan langkah Amerika Serikat yang memberikan bantuan militer senilai 500 juta dolar AS (sekitar Rp8,1 triliun) kepada Filipina sebagai langkah untuk memperkuat hubungan dengan Manila.
"Kami menyarankan negara-negara terkait untuk menegakkan keamanan dan pembangunan, perdamaian maupun stabilitas regional dengan kemampuan mereka sendiri," kata Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu, 31 Juli 2024, menyindir bantuan militer AS ke Filipina.
Pengumuman pemberian bantuan militer tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Selasa, 30 Juli 2024. Blinken bersama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin sedang berada di Manila, Filipina, sebagai bagian dari tur Asia-Pasifik untuk memperkuat aliansi Washington untuk menghadapi pengaruh Beijing.
"AS bukanlah pihak terkait dalam masalah Laut China Selatan dan tidak memiliki hak untuk campur tangan dalam masalah maritim antara China dan Filipina," tambah Lin Jian.
Filipina, menurut Lin Jian, juga harus sadar bahwa mengkooptasi negara-negara di luar kawasan untuk memprovokasi konfrontasi di Laut China Selatan hanya akan merusak stabilitas regional dan memperburuk ketegangan.
"Mencoba membawa kekuatan eksternal untuk menjaga keamanannya sendiri hanya akan menyebabkan ketidakamanan yang lebih besar dan bahkan menjadikannya sebagai pion bagi pihak lain," ungkap Lin Jian.
Baca Juga: Usman Kansong: Konten Judi Online Makin Sedikit Sejak Akses Internet ke Kamboja dan Filipina Ditutup
Setiap tindakan menghasut konfrontasi politik dan militer antarblok, kata Lin Jian, adalah sikap yang tidak populer dan bahkan dapat berdampak lebih buruk.
"Satu-satunya pilihan yang tepat adalah menjunjung tinggi hubungan negara yang saling bertetangga dan bersahabat, kembali ke dialog dan konsultasi serta menjunjung tinggi otonomi masing-masing," kata Lin Jian.
Dalam konferensi pers itu, Lin Jian juga menyinggung pengerahan rudal jarak menengah Typhon milik Amerika Serikat ke Filipina sebagai bagian dari latihan militer gabungan pada awal tahun ini meski sistem itu tidak ditembakkan selama latihan.
Menurut dia, pengerahan rudal Typhon itu hanya akan memicu ketegangan dan konfrontasi serta perlombaan senjata di kawasan padahal kawasan ini membutuhkan perdamaian dan kemakmuran, dan tidak membutuhkan konfrontasi.