DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Djarum Foundation Angkat Keindahan Kebaya ke Sinematografi

image
Pemeran dan sutradara film pendek Kebaya Kala Kini dengan Bakti Budaya Djarum Foundation angkat keindahan kebaya, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 23 Juli 2024. (ANTARA)

ORBITINDONESIA.COM - Bakti Budaya Djarum Foundation mengangkat kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia dalam sebuah karya sinematografi berjudul Kebaya Kala Kini dalam menyemarakkan Hari Kebaya Nasional 2024.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan, film yang menampilkan beragam macam kebaya sebagai simbol beragam perjalanan kehidupan diharapkan akan mendorong masyarakat untuk melihat kebaya sebagai pakaian yang menyatukan seluruh strata sosial.

“Dengan berbagai daerah masing-masing yang dimiliki itu juga suatu kekayaan Indonesia yang ingin kita terus lestarikan, dan kebaya itu bisa dipakai dimana saja dan kapan saja,” kata Renita dalam konferensi pers pemutaran perdana film pendek ‘Kebaya Kala Kini’ di Jakarta, Selasa 23 JULI 2024.

Baca Juga: Didiet Maulana: Pengajuan Kebaya Sebagai Warisan Budaya ke UNESCO Dapat Menjadi Bentuk Kebanggaan

Renita juga berharap, upaya memperlihatkan kecantikan kebaya ini juga turut mendorong ekosistem ekonomi yang bersinggungan dengan kebaya, seperti desainer, pembordir, penjahit, pembuat kebaya dan penjual kebaya.

Dari meningkatnya pemakaian kebaya juga diharapkan akan berdampak juga pada makin dikenalkan kain batik dan wastra lainnya yang merupakan standar paduan pemakaian kebaya.

Ia mengatakan upayanya ini butuh kerja sama semua pihak yang juga turut mendorong kebaya agar lebih dikenal, mulai dari komunitas hingga tingkat daerah dan pusat.

Baca Juga: Ladies International Program: Hari Kebaya Nasional Ajang Tunjukan Keunikan Kebaya dari Tiap Daerah di Indonesia

Sutradara Bramsky mengatakan pemilihan kebaya sebagai tema dalam film ini karena ingin memperlihatkan perjalanan dan transformasi perempuan nusantara.

Ia juga ingin memperlihatkan kebaya sebagai sesuatu yang relevan tidak hanya di desa namun juga pesannya sampai ke masyarakat yang ada di kota, dengan cara memadukan pemeran film profesional dengan warga lokal yang memiliki pekerjaan buruh gendong atau penjual yang kerap mengenakan kebaya.

“Beberapa konsep yang kita cocokkan dengan pihak Djarum, ada beberapa hal metafora dalam video ini, metafora sebagai harapan dan doa. Pemilihan kebaya bukan hanya baju tapi perjalanan dan transformasi perempuan nusantara, castingnya juga milih ibu-ibu agar gimana caranya pesannya sampai saat nonton film ini di kalangan desa kota semua nyampe,” katanya.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat: Kebaya Alat Diplomasi Budaya untuk Perdamaian Dunia

Film pendek berdurasi sekitar 8 menit ini menampilkan pelaku seni peran Dian Sastrowardoyo, Putri Marino, dan juga menampilkan penyanyi keroncong muda Woro Mustiko dan penari Bali Syandria Kameron.

Film ini juga mengambil latar belakang lokasi persawahan dan desa di Kulon Progo, Yogyakarta.

Renita berharap, kebaya menjadi simbol penghormatan yang abadi antara perempuan Indonesia dan warisan budaya mereka dan mencerminkan transformasi yang terus berkembang seiring waktu.

“Semoga karya ini menjadi pengingat kekuatan dan keindahan kebaya yang terus menghidupi dan menginspirasi, dengan film ini lebih kreatif ngulik biar jadi gelombang besar kebaya di Indonesia,” kata Renita. ***

Berita Terkait