DECEMBER 9, 2022
Kolom

In Memoriam Usamah Hisyam: Menjalani Hidup Sebagai Penulis, Politikus, Pengusaha, Sekaligus Kiai

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - Mendengar meninggalnya Usamah Hisyam, Jumat 19 Juli 2024, saya teringat teks pesan di WhatsApp. Ia mengirimkan teks pesan itu sekitar dua tahun lalu, 2022.

“Bro, esai anda saya forward ke mana-mana. Ini penting bro, agar para pemuka Islam juga membaca data dan melihat fakta.”

Baca Juga: Orasi Denny JA: Menangnya Gerakan “Katakan Tidak kepada Keharusan Berjilbab"

Uka, panggilan akrab untuk Usamah, juga melampirkan esai saya yang ia forward ke mana-mana.

Itu esai saya soal hasil riset yang menabulasi negara berdasarkan tingkat korupsi dengan negara berdasarkan intensitas beragama.

Betapa di negara ini, mayoritas penduduknya menyatakan agama sangat penting. Lebih dari 90 persen mengaku agama menjadi panduan hidupnya.

Baca Juga: Menangnya Gerakan Katakan tidak kepada Keharusan Berjilbab: Inilah Pandangan Denny JA

Itu negara Indonesia, Irak (Islam), India (Hindu), Filipina (Katolik), dan Thailand (Buddha).

Tapi justru di negara-negara yang menganggap agama penting, korupsinya sangat tinggi.

Sementara di negara skandinavia, seperti Finlandia, Swedia, Norwegia, hanya di bawah 25 persen menganggap agama penting. Mereka tak merasa agama perlu sebagai pedoman hidup mereka.

Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Paus Fransiskus Mencuci Kaki Rakyat Kecil Indonesia

Tapi justru di negara yang tak menganggap agama penting, tingkat korupsi di negara itu sangat rendah. Itu negara yang bersih.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun di Indonesia membuat skala. Departemen yang paling korup justru departemen agama. Beberapa kali menteri agama masuk penjara.

Dalam esai itu saya mengajak merenung. Apa yang terjadi?

Baca Juga: Piala Eropa 2024: Kemenangan Spanyol, Statistik, dan Lahirnya Bintang Baru, Sebuah Ulasan dari Denny JA

Di negara yang mengelu-elukan agama, kok malah korupsi tinggi?

Populasi di negara yang menganggap agama tak lagi penting, kok malah korupsinya rendah?

Kami pun bicara di telepon seluler. “Wah bro, anda mengasuh pesantren ya. Jadi kiai anda sekarang?” ujar saya menggodanya.

Baca Juga: Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi dan Mantan Anggota DPR RI Fraksi PPP Meninggal Dunia

Uka tertawa: “Kita mengalir saja bro. Kita kan orang-orang yang fleksibel.”

Waktu itu, Usamah menjadi pengasuh pesantren Tahfizhul Quran (PTQ) Pondok Bambu, Parung, Bogor. Ia rutin berdakwah di sana.

Usamah juga Ketua Umum Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia). Sebelumnya ia anggota Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni 212.

-000-

Uka adalah teman keluarga. Sejak tahun 1980-an, 40 tahun lalu, ketika masa SMA dan mahasiswa, ia sering tidur di rumah keluarga dari sisi istri. Ia bersahabat sangat dekat dengan adik ipar.

Saya sendiri intens berkomunikasi dengan Uka, sejak tahun 2003. Waktu itu, hampir setiap saat kami berjumpa di rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas.

Bersama, kami membantu SBY untuk menjadi presiden 2004-2009.

Itu era, sosok kiai Uka belum tampak. Ia masih muncul sebagai jurnalis. Ia menyelesaikan studi ilmu jurnalistik di Sekolah Tinggi Publisistik (STP). Sekarang sekolah itu dikenal sebagai Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Karier jurnalistiknya mulai menanjak ketika ia bekerja di majalah Popular, di bawah bimbingan Pemimpin Redaksi John Halmahera. Di sana, Usamah menulis profil artis dan artikel sepakbola.

Hidupnya mulai berubah ketika Uka berjumpa Surya Paloh pada tahun 1991. Surya Paloh sedang mengembangkan Kelompok Usaha Surya Persindo.

Paloh menugaskan Usamah sebagai redaktur edisi Minggu Media Indonesia, dengan gaji tiga kali lipat dari pekerjaan sebelumnya. Uka juga menerima sebuah mobil sedan pribadi.

Sosok Uka sebagai jurnalis berkembang menjadi penulis biografi. Ia memiliki tim sendiri untuk profesi ini. Banyak buku biografi yang sudah ia tulis.

Yang saya tahu, biografi Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung, Panglima TNI Laksamana TNI Widodo AS. Jaksa Agung Andi M. Ghalib.

Termasuk juga biografi Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, juga biografi Kapolri Jenderal Pol Suroyo Bimantoro, Tifatul Sembiring, dan  Surya Paloh.

Ujar Uka; “Saya tak hanya jurnalis bro. Saya juga entrepreneur di bidang penulisan. Kita mulai menjadi pengusaha dari titik ini.”

Uka juga menerbitkan beberapa majalah, antara lain Men’s Obsession. Majalah ini masih terbit sampai hari ini. Saya pernah diajaknya ke gedung yang baru dibelinya.

“Wah, anda kaya sekarang bro,” komentar saya. Ia tertawa.

-000-

Tapi Uka juga menapaki hidupnya menjadi politikus. Awalnya, karena kerja jurnalis, ia intens berhubungan dengan politikus di Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Uka mendapat kepercayaan dari Ketua Umum PPP, Buya Ismail Hasan Metareum. Ia menjadi penulis pidato Ketua Umum PPP dari tahun 1992 sampai 1998.

Usamah kemudian diangkat menjadi Ketua Departemen Penerbitan dan Media Massa DPP PPP, yang memulai kariernya di politik praktis.

Pada tahun 2002, ketika Hamzah Haz menjadi wakil presiden, Usamah diangkat sebagai asisten pribadi Hamzah Haz. Dalam peran ini, ia banyak memberi masukan mengenai dinamika sosial politik.

Ketika SBY menjadi presiden di tahun 2004, dan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Uka sempat mengajak saya berdiskusi. “Bro, saya ditawari pegang DPD Demokrat provinsi Banten. Bagaimana, bro?”

Posisi Ketua DPD Demokrat Banten diambilnya. Namun tak lama kemudian, jabatan itu ditinggalkannya juga.

-000-

Usamah memang pribadi yang fleksibel. Ia mudah bergaul, lintas profesi. Tak heran, ia bisa kukuh sebagai penulis, jurnalis, pengusaha, politikus, dan kiai sekaligus.

Ketika tahlil 7 hari ibu (mertua) wafat, Uka datang, di bulan Februari 2024. Itulah pertemuan saya yang terakhir dengannya.

Jalannya tak selancar dulu. Bicaranya juga tak setangkas dulu. “Saya sakit, bro,” ujarnya.

Ia sempat memberikan pandangannya. “Bro, anda sebaiknya memang tetap seperti ini saja. Tak usah masuk partai. Tak usah jadi menteri. Jadi teman presiden saja, dan bangun dunia anda sendiri.”

“Jauh lebih enak seperti anda bro, jadi orang bebas.”

“Siap,” ujar saya sambil tertawa, menyalami tangannya.

Selamat jalan Usamah Hisyam. Selamat jalan, Uka.

Jakarta, 21 Juli 2024

CATATAN

1 Data mengenai hubungan tingkat keberagamaan dan tingkat korupsi, dapat dibaca di [Facebook Link](https://www.facebook.com/share/p/e7JsMRVeSwy4QYyY/?mibextid=K35XfP)

Berita Terkait