DECEMBER 9, 2022
Internasional

Menlu Rusia Sergey Lavrov: AS, Barat Mengganggu Stabilitas Ekonomi dan Tatanan Politik Global

image
Arsip - Menlu Rusia Sergei Lavrov berjalan menuju ruang KTT ke-18 Asia Timur di Jakarta, Kamis, 7 September 2023. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc/aa. (ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)

ORBITINDONESIA.COM - Fondasi tatanan hukum internasional, stabilitas strategis, dan sistem politik global yang berpusat di PBB sedang diuji, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa, 16 Juli 2024.

"Tidak mungkin menyelesaikan konflik yang terus bertambah tanpa mengatasi akar permasalahannya dan memulihkan kepercayaan terhadap kemampuan kita untuk bersatu demi kebaikan bersama dan keadilan bagi semua," kata Sergey Lavrov dalam debat di Dewan Keamanan PBB tentang "parameter tatanan dunia yang adil."

Sergey Lavrov menuduh AS telah lama "menyatakan keistimewaannya sendiri" sebelum menambahkan: "Hal ini juga berlaku pada sikap Washington terhadap sekutu-sekutunya, dengan menuntut mereka untuk patuh tanpa syarat, bahkan hingga merugikan kepentingan nasional mereka".

Baca Juga: Ukraina Berencana Rekrut 15.000 Narapidana untuk Angkatan Bersenjata Guna Melawan Rusia

Diplomat Rusia itu mengatakan bahwa Barat "secara agresif mengacak-acak" sistem global yang awalnya dibangun berdasarkan modalnya untuk membendung Rusia, China dan negara-negara lain. 

Kebijakan independen negara-negara tersebut dianggap sebagai tantangan terhadap hegemoni Barat, lanjutnya.

"Washington telah melakukan segalanya untuk meledakkannya, termasuk secara harfiah, dengan mengatur serangan teroris terhadap jaringan pipa gas Nord Stream, fondasi kerja sama energi yang saling menguntungkan antara Rusia, Jerman, dan Eropa," tambahnya.

Baca Juga: Korea Selatan dan NATO Bertukar Informasi tentang Senjata Korea Utara Dalam Perang Rusia vs Ukraina

Menteri luar negeri itu juga menuduh AS menekan Barat dan memperluas perang perdagangan dan ekonominya terhadap pihak-pihak yang dianggapnya tidak diinginkan.

Dia mengklaim hal itu "memicu kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya berupa tindakan sepihak dan koersif yang pertama-tama menghantam Eropa dan menyebabkan fragmentasi ekonomi dunia."

Reaksi terhadap Rusia

Baca Juga: NATO Yakini Ukraina Tidak Dapat Lancarkan Serangan Balik Terhadap Rusia pada 2024

Menjelang pertemuan yang dipimpin Lavrov, Ukraina dan puluhan negara lain mengecam Rusia karena mengadakan sesi tersebut, dengan mengatakan "topik perdebatan tersebut adalah wujud nyata dari kemunafikan Rusia."

Atas nama 50 negara anggota, utusan Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya, mengatakan: "Pertemuan pada hari ini tidak boleh mengalihkan perhatian masyarakat internasional dari pelanggaran mencolok Rusia terhadap Piagam PBB."

"Dan penyalahgunaan wewenangnya terhadap Dewan Keamanan PBB sambil secara sinis mencoba menampilkan dirinya sebagai penjaga tatanan multinasional."

Baca Juga: Tokoh KAHMI Tantan Taufik Lubis Hadiri Kongres di Moskow untuk Persahabatan Indonesia dan Rusia

"Kami menegaskan kembali kecaman tegas kami atas agresi Federasi Rusia terhadap Ukraina, dan menegaskan kembali dukungan teguh kami terhadap kemerdekaan politik, kedaulatan, dan integritas teritorial Ukraina dalam batas-batas yang diakui secara internasional," kata Kyslytsya.***

Sumber: Antara

Berita Terkait