Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Parlemen Akhiri 14 Tahun Era Konservatif di Inggris Raya
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 05 Juli 2024 15:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - "Saya telah mengubah Partai Buruh. Bila Anda mempercayai saya dengan memilih Partai Buruh, saya akan mengubah negara ini." Demikian disampaikan pemimpin oposisi Partai Buruh Inggris Keir Starmer melalui platform media sosial X.
Seruan yang ditampilkan pada hari pemilu Inggris Raya pada 4 Juli 2024 itu juga seiring dengan hasil dari exit poll (atau survei ke pemilih setelah mencoblos di TPS/tempat pemungutan suara) yang menunjukkan kemenangan telak akan diraih Partai Buruh.
Berdasarkan exit poll oleh Ipsos UK yang digunakan berbagai media utama Inggris seperti Sky News, BBC, dan ITV News, menunjukkan bahwa Partai Buruh diprediksi meraih 410 kursi, mengalahkan partai berkuasa Konservatif yang hanya meraih 131 kursi.
Baca Juga: Ukraina Ketakutan, Setelah Tokoh Kesayangannya PM Inggris Boris Johnson Mengundurkan Diri
Dengan demikian, Partai Buruh diprediksi meraup mayoritas absolut karena jumlah kursi yang diperebutkan di DPR Inggris Raya adalah sebanyak 650 kursi. Menurut BBC, keunggulan tersebut adalah yang terbesar kedua sepanjang sejarah pemilu Inggris, setelah kemenangan Buruh pada tahun 1997 pada abad ke-20.
Bila prediksi exit poll tersebut tidak meleset, maka Keir Starmer akan menjadi Perdana Menteri Inggris, menggantikan Rishi Sunak dari Konservatif.
Mengapa Buruh bisa menang besar atas Konservatif yang menduduki kekuasaan selama 14 tahun terakhir? Media Washington Post menulis bahwa tren di Inggris adalah para pemilih selama ini telah muak dengan kebijakan Konservatif yang berhaluan kanan tengah.
Baca Juga: Rishi Sunak Terpilih Jadi PM Inggris Baru Gantikan Liz Truss yang Mundur
Senada, opini di media Guardian juga menyebutkan bahwa para pemilih termotivasi oleh kemarahan terhadap kebijakan Konservatif sehingga pemilu kali ini terasa ada rasa "balas dendam" di dalamnya.
Konservatif, yang biasanya dicap sebagai partai yang solid dan "aman" selama ini, dinilai telah berubah dengan berbagai kebijakan "radikal" yang hasilnya ternyata tidak bagus bagi Inggris.
Era Konservatif di abad ke-21 bermula dengan terpilihnya David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris pada 2010, mengakhiri era 13 tahun Partai Buruh sejak 1997.
Baca Juga: Rishi Sunak, PM Inggris Termuda dalam Sejarah Inggris Berusia 42 tahun
Penghematan sampai Brexit