Awang Ruswandi: Media Lokal yang Bekerja Sama dengan Pemerintah Lokal Telah Jadi Corong Pemerintah
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 04 Juli 2024 18:26 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Media lokal yang bekerja sama dengan pemerintah lokal telah menggeser fungsi media, yang tadinya sepenuhnya untuk ruang publik sekarang sebagian ruang itu digunakan untuk corong pemerintah. Hal itu dinyatakan Awang Ruswandi.
Awang Ruswandi menyimpulkan hal itu dalam disertasinya, yang dipertahankan dalam sidang promosi doktor di Pascasarjana Ilmu Komunikasi FISIP UI, Depok, Kamis, 4 Juli 2024.
Disertasi Awang Ruswandi berjudul “Kebebasan Media Lokal pada Era Desentralisasi Demokratis: Studi Mengenai Relasi Kuasa antara Media Lokal dan Pemerinta Lokal.” Yang menjadi Promotor adalah Dr. hendriyani, sedangkan Ko-Promotor Dr. Agus Sudibyo.
Baca Juga: KBRI Addis Ababa dan Uni Harambee Bekerja Sama Terbitkan Buku Pariwisata dan Media
Awang Ruswandi mengungkapkan, hasil penelitiannya menunjukkan, media telah menjadi alat tukar yang ditransaksikan dengan dana pemerintah lokal.
“Akibatnya ruang-ruang untuk melayani publik di media semakin berkurang atau menyempit, karena sebagian ruang itu digunakan untuk suara pemerintah lokal,” ujarnya.
“Lebih jauh lagi media lokal sudah kehilangan fungsi sebagai alat kontrol bagi pemerintah, juga kehilangan fungsi penyedia informasi alternatif untuk mengimbangi suara pemerintah di tengah publik,” kata mantan aktivis pers kampus WARTA UI ini.
Jadi, kata Awang, ada relasi kuasa yang timpang antara pemerintah lokal terhadap media lokal. Implikasinya adalah media lokal tidak dapat menjalankan kebebasan media dengan baik. Padahal media yang bebas adalah salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan desentralisasi demokratis.
Menurut Awang, fenomena hubungan kerja sama antara media lokal dan pemerintah lokal yang marak dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia menjadi menarik untuk diteliti karena mencerminkan dinamika kekuasaan dan pengaruh ekonomi dalam praktik jurnalisme.
Secara teoretis, tutur Awang, fakta sosial mengenai relasi kuasa ini memiliki daya tarik yang besar untuk dikaji, terutama dalam konteks proses desentralisasi.
“Idealnya otonomi daerah seharusnya memperkuat demokrasi, namun justru dengan adanya relasi kuasa ini ditemukan potensi pelanggaran kebebasan pers. Padahal kebebasan media itu adalah satu satu indikator keberhasilan proses desentralisasi,” lanjutnya.
Kajian ini penting untuk memahami dampak relasi kuasa terhadap independensi media dan kualitas demokrasi di tingkat lokal.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang Awang amati selama beberapa tahun terakhir, yaitu hubungan kerja sama antara media lokal dan pemerintah lokal yang tampaknya mengganggu kebebasan pers dalam memberitakan isu-isu terkait aktivitas dan kebijakan pemerintah lokal.
Baca Juga: Survei Reuters: Generasi Muda Cenderung Pilih Konten Video di Media Sosial Ketimbang Konten Teks
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sejauh mana relasi kuasa tersebut mempengaruhi independensi media dan bagaimana hal ini berimplikasi pada kualitas demokrasi, khususnya dalam hal kebebasan media di tingkat lokal.
Penelitian ini menggunakan teori ekonomi politik komunikasi dari Mosco dengan fokus melihat komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Media yang dipilih adalah media daring lokal di Jawa Barat, yaitu Media Jabar 1 dan Media Jabar 2.
Dalam proses penulisan disertasi ini, Awang mengaku menghadapi berbagai kendala, baik teknis maupun non-teknis.
Kendala utama adalah sulitnya mengakses data yang akurat dan terpercaya mengenai hubungan antara media dan pemerintah lokal, serta tantangan dalam mengumpulkan data primer melalui wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait. Masa pandemi Covid 19 juga menjadi kendala teknis saat proses pengumpulan data.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan studi komunikasi dan jurnalisme, serta menjadi referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai relasi kuasa antara media dan pemerintah dalam konteks desentralisasi.
Awang juga berharap bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi praktisi media dan pembuat kebijakan dalam upaya memperkuat kebebasan pers di Indonesia.***