DECEMBER 9, 2022
Internasional

Wabah Infeksi Bakteri Pemakan Daging Merebak di Seluruh Wilayah Jepang, Sudah Hampir 1.000 Kasus

image
Warga dan wisatawan berlalu lalang di pusat destinasi wisata populer Shibuya Crossing, Tokyo, Maret 2024. Ada wabah bakteri pemakan daging di Jepang. (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)

ORBITINDONESIA.COM - Wabah infeksi bakteri pemakan daging atau Streptococcus pyogenes dilaporkan tengah merebak diseluruh wilayah Jepang.

Menurut data Institut Nasional Penyakit Menular Jepang (NIID), kasus yang tercatat terus bertambah dengan jumlah pasien terjangkit sindrom dari bakteri pemakan daging tersebut atau streptococcol toxic-shock syndrome (STSS) nyaris 1.000 kasus atau persisnya 977 kasus dalam kurun waktu enam bulan sejak Januari 2024 sebagaimana dikutip dari The Japan Times di Tokyo, Senin, 24 Juni 2024.

Disebut bakteri pemakan daging di Jepang sebab mampu merusak kulit, lemak dan jaringan yang menutupi otot dalam waktu singkat.

Baca Juga: Asal Usul Wabah Virus Cordyceps di Serial Film The Last of Us Si Pembawa Kiamat yang Berawal dari Jamur

Gejala awal yang ditimbulkan dari terserang infeksi bakteri yang masuk ke dalam Grup A Streptococcus (GAS), di antaranya demam, nyeri dan radang tenggorokan, tetapi dapat berkembang dengan cepat dan mengancam nyawa penderita karena berujung kegagalan organ hanya dalam hitungan hari.

Bakteri dapat menimbulkan kondisi yang serius jika menembus hingga aliran darah dan jaringan dalam. Dari situlah, bakteri menyebar dan mulai memproduksi eksotoksin yang merusak sel serta jaringan tubuh. Kelompok paruh baya dan lansia di atas 50 tahun cenderung lebih rentan terhadap sindrom tersebut.

Setelah timbul gejala awal, seperti demam, nyeri dan mulai, tekanan darah menjadi rendah dan kondisi kian memburuk hanya dalam waktu 24 hingga 48 jam.

Baca Juga: Dokter Arifianto: Pengobatan Tuberkulosis Pada Anak Harus Dijalani Sampai Tuntas Agar Bakteri Dibasmi Habis

“Sebagian besar kematian terjadi dalam 48 jam. Saat pasien merasakan kaki mereka bengkak di pagi hari, itu dapat menyebar ke lutut di siang hari dan dapat mengancam nyawa mereka dalam 48 jam,” menurut pakar penyakit menular Tokyo Women’s Medical University Ken kikuchi.

Kementerian Kesehatan Jepang belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus STSS.

“Ada banyak faktor terkait mekanisme di balik bentuk Streptococcus yang parah dan tiba-tiba dan kami belum berada pada tahap menjelaskannya,” kata NIID.

Baca Juga: Wabah Virus Lassa di Nigeria Sebabkan 156 Orang Meninggal Dalam 4 Bulan Terakhir

Namun, wabah infeksi itu juga berbarengan dengan ancaman penyakit di musim panas. Terkait hal itu, Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo mengimbau seluruh warga negara Indonesia (WNI) di Jepang untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan menjaga asupan makanan yang baik, bersih, sehat dan bergizi.

Halaman:
1
2
Sumber: Antara

Berita Terkait